Jubileum 75 Tahun Gereja Katolik Akan Dirayakan di Taneh Karo

Gereja Katolik St. Perawan Maria di Kabanjahe yang dulu disebut sebagai Gereja Katolik Paroki Tanah Karo (Sebentar lagi akan tinggal kenangan).
Gereja Katolik St. Perawan Maria di Kabanjahe yang dulu disebut sebagai Gereja Katolik Paroki Tanah Karo (Sebentar lagi akan tinggal kenangan).

Betlehem KetarenBETLEHEM KETAREN, BERASTAGI. “Dari tahun ini hingga tahun depan, kita akan merayakan Jubileum 75 tahun Gereja Katolik di Taneh Karo yang bermula pada baptisan pertama di Sukajulu. Perayaan ini bertujuan sebagai wadah pembinaan dan pendalaman iman, menanamkan rasa bangga sebagai orang Katolik, memupuk persatuan, persaudaraan dan mepromosikan cinta kasih sebagai fondasi hidup bermasyarakat sesuai dengan motto masyarakat Karo: Merga Silima, Tutur Siwaluh Rakut Sitelu dan Perkade-kaden sepuludua tambah sada,” kata P. Moses Situmorang OFM Cap dalam memaparkan rencana-rencana Jubileum pada rapat vikariat St. Yakobus Rasul Maret lalu.

“Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik” (Luk 6: 3) dipilih menjadi thema perayaan mengingat Taneh Karo merupakan penghasil buah yang sangat baik dan berkualitas yang dinikmati banyak orang, sebagaimana kekatolikan yang tidak hanya berguna bagi kalangan sendiri namun juga selayaknya menjadi menara air cinta dan pengorbanan bagi semua orang,” lanjut P. Moses.

Perayaan Jubilium 75 tahun Gereja katolik di Taneh Karo ini direncakankan dilaksanakan selama setahun (Mei 2013 s/d Sepember 2014’ dengan rencana agenda perayaan, dintaranya sebagai berikut:

  1. Bulan Mei 2013: Lounching Jubilium di Kabanjahe dengan perayaan Ekaristi dan pelantikan panitia oleh Vikep P. Ignatius Simbolon, OFM Cap., dihadiri umat dan DPP paroki-paroki se-kevikepan St. Yakobus Rasul;
  2. Bulan Agustus 2013: Festival Budaya Karo Mudika se Kabupaten Karo selama 2 malam 3 hari di Tigabinanga;
  3. Bulan September 2013: penelitian tentang  sejauh mana sumbangan Gereja Katolik dalam pembentukan peradaban khusus dalam bidang spiritual dan penjagaan budaya di Taneh Karo, sebagai bahan seminar tahun 2014;
  4. Bulan Desember 2013: festival/pertandingan koor, kuiz dan tari antar paroki khusus Asmika di Paroki Berastagi;
  5. Bulan Maret 2014: Aksi sosial ke Lau Simomo, Lembaga Pemasyarakatan Kabanjahe dan Panti Pejoreken Raya;
  6. Bulan Mei 2014: festival (gabungan) antar paroki di Paroki St. Perawan Maria Diangkat Ke Surga (Kabanjahe) dan Paroki St. Petrus Paulus (Kabanjahe);
  7. Bulan September 2014: puncak perayaan Jubileum 75 Tahun Gereja Katolik di Taneh Karo, dipimpin oleh Dubes Vatikan untuk Indonesia, Uskup Emeritus Mgr. Pius Datubara, OFM Cap, Mgr. Martinus Situmorang, OFM Cap. (Uskup Padang) dan para imam dengan tampilan-tampilan budaya dari Mudika Berastagi (tari kolosal), SMP & SMA St. Maria Kabanjahe, Raloling Suka, Yayasan Don Bosco Kabanjahe, Mudika Tigabinanga (perkolong-kolong), paroki Lawedesky (tari Saman) serta tampilan-tampilan dari pemenang festival budaya yang telah dilaksanakan.

Kegiatan-kegiatan lain yang turut direncanakan akan dilaksanakan dalam lingkaran perayaan Jubileum, diantaranya adalah:

–          Pengajuan Jalan Irian menjadi Jalan Pastor Licinius Ginting, sebagai pastor yang sangat lama berkarya di Taneh Karo dan sangat dicintai orang Karo;

–          Pendirian tugu dan taman Jubileum di Sukajulu sebagai kenangan baptisan pertama pada tahun 1939.

Gereja katolik di Sukajulu (kini) menggantikan gereja yang lama
Gereja katolik di Sukajulu (kini) menggantikan gereja yang lama

Pastor Leo Joosten Ginting dan Pastor Leo Lister Tamba dari Paroki St. Fransiskus Asisi (Berastagi) dan  anggota DPPH sebagai pelayan Stasi Sukajulu, pastor Marianus Kedang dan DPPH St. Petrus-Paulus (Kabanjahe). Demikian juga pastor-pastor dan DPPH Paroki St. Yoseh Lawedesky, Paroki Sang Penebus Bandarbaru, Paroki St. Perawan Maria Diangkat ke Surga (Kabanjahe) dan Paroki St. Fransiskus Asisi Tigabinanga. Mereka tampak bersemangat mengikuti rapat yang dipimpin Vikep P. Ignatius Simbolon, OFM Cap.

Beberapa pastor dan anggota DPPH sedikit risau dengan besarnya biaya yang dianggarkan untuk perayaan Jubileum (Rp. 500 – 750 juta) sementara paroki-paroki juga sedang membangun gereja-gereja stasi bahkan gereja paroki. Namun, berkat penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh Vikep maupun P. Moses selaku pastor yang diberi mandat membuat dan memaparkan rencana perayaan, akhirnya semua pastor dan anggota DPPH dapat menerima proposal itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.