Banjir Bandang Memporakporandakan Namokarang

Laporan: Mulia Sembiring

 

Mulia Sembiringkidupen 2Beberapa minggu terakhir ini Desa Kidupen (Kecamatan Juhar) dan hampir seluruh Dataran Tinggi Karo (Karo Gugung) hampir tidak turun hujan. Tetapi, pada Hari Jumat 17 April 2015 kemarin, turun hujan yang sangat lebat di daerah ini. Terutama di daerah hulu sungai yang dinamai Lau Jandi ini diperkirakan sangat lebat sehingga menyebabkan banjir bandang yang memporakporandakan pantai Namo Karang di Kidupen.

Dimulai siang sampai malam bahkan sampai pagi lagi. Itu terlihat dari material yang dibawa oleh banjir. Mulai dari gelondongan kayu yang besar-besar.

Sungai Lau Jandi ini melintasi beberapa desa mulai dari hulu seperti Desa Lau Kidupen, Pernantin, Ketawaren, Jandi, Kidupen, Jaberneh, Pergendangen, Gunung dan seterusnya ke arah hilir. Lau Jandi persis membelah lokasi pertanian/ persawahan utama Desa Kidupen. Mungkin lebih dari 50% lahan pertanian desa ini ada di seputaran DAS Lau Jandi.

Seperti dikabarkan saudara Cornelius Onel Ginting Munte dari kesain Rumah Padang Desa Kidupen yang meliput langsung. Banjir bandang ini datang menghantam lahan pertanian warga Desa Kidupen pada Hari Sabtu dinihari 18 April 2015, diperkirakan sekitar Pkl. 03.00 wib. Di saat itu, warga Kidupen dan sekitarnya terlelap tidur melepas istirahat di suhu udara yang begitu sejuk.

kidupen 3Mugkin saja warga desa baru mengetahui di pagi hari, di saat mereka terbangun atau berencana berangkat ke lading. Betapa kagetnya mereka melihat bekas banjir. Datangnya seperti pencuri di saat warga terlelap.

Banjir bandang beberapa kali telah menimpa Desa Kidupen. Beberapa tahun lalu juga pernah melanda. Tapi sepertinya banjir kali ini lebih parah dan mungkin terparah yang pernah diketahui generasi muda asal Kidupen.

Banjir bandang ini meluluh lantahkan ± 200 Ha lahan pertanian seperti tanaman padi, jagung, Coklat(Cacao), pisang dan palawija lainnya. Bahkan diperkirakan budidaya ikan di lahan-lahan tambak (paya) warga di pinggiran DAS Lau Jandi ini semua terhanyut mengikuti aliran sungai. Itu terlihat di esok harinya.

Warga Kidupen banyak mendapatkan berbagai jenis ikan seperti ikan mas, gabus (nurung mbentar), kaperas, lele, nila, dll, dan juga ikan moa (dong-dong). Di tengah kesedihan, mereka sedikit terhibur dengan adanya sedikit berkah di balik bencana.

Sehari itu, warga yang terkena bencana disibukkan dengan mencari ikan, mengambil dan memanfaatkan gelondong kayu menjadi kayu bakar, atau menyelamatkan hasil pertanian yang tersisa.

Seperti diceritakan oleh nande kami beru Ginting by phone, rata-rata warga bisa mendapatkan tangkapan ikan sangat berlimpah dan memasaknya di rumah masing-masing. Walaupun di balik itu orangtua saya merasa sedih karena lahan pertaniannya yang ditanami jagung, pisang berangan dan cokelat sudah hanyut dan sebagian terkubur oleh lumpur bawaan banjir.

Mungkin perasaan ini dapat dirasakan oleh semua warga yang terkena bencana. Warga Desa Kidupen ini sangat berharap bantuan dari pemerintah. Kerugiannya sangat besar. Apalagi mata pencaharian mereka tergantung di lahan pertanian ini.

Tidak itu saja, beberapa proyek pengairan pemerintah dan masyarakat setempat semua rusak. Demikian juga halnya dengan lokasi pemandian Namokarang yang selama ini jadi tempat kunjungan wisata idola bagi penduduk sekitar telah rusak parah; baik lahan maupun fasilitasnya.

kidupen 4Keindahan alam yang begitu mempesona selama ini terasa sulit untuk memulihkannya. Mungkin puluhan tahun ke depan baru dapat pulih. Itu pun dengan syarat seluruh warga mulai dari hulu hingga hilir harus menjaga keseimbangan lingkungan. Tapi, beberapa tokoh masyarakat baik di Kidupen maupun di perantauan tetap memberikan semangat dan rasa optimis kepada warga setempat untuk memulihkan keindahan alam seperti semula. Baik dengan menghubungi langsung atau melalui media soial facebook, dll.

kidupen 5
Kidupen sebagaimana terlihat dari satelit beberapa hari sebelum banjir bandang kemarin

Terimakasih kepada bapak Ngaloken Gintings, Samudera Tarigan, Lawit Ginting, Dian Ginting, Mestiawan Meliala, Cornelius Ginting, Merlana br Kacaribu, Ayu Munthe, Rinawati br Tarigan dan teman-teman yang lain yang tidak disebut satu per satu, yang telah meluangkan waktunya untuk bersama-sama memberikan rasa peduli akan kampung halamannya Desa Kidupen yang tercinta. Terutama saudara Cornelius Onel Ginting Munte yang sudah meliput dan memberikan info tentang situasi terkini di Desa Kidupen terutama pasca banjir bandang yang datang kembali ini.

Semoga Tuhan memberi ketabahan untuk semua saudara-saudara kita yang kena bencana ini dan kita semua diberikan kesehatan dariNya.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.