Kolom M.U. Ginting: DIRUT FREEPORT

M.U. Ginting 2Dirut Freeport adalah Maroef Sjamsoeddin mantan jenderal & Waka BIN. Wah wah memang hebat sekali perusahaan neolib satu ini, bisa ambil siapa saja yang dianggap cocok.

Pilihannya tepat sekali memang, ideologi utam neolib ialah destabilizing atau adu domba, atau ISIS atau perang. Di sini terjadi ‘adu domba kecil’ sudah dijalankan untuk alihkan isu sesungguhnya yaitu perpanjangan kontrak Freeport. Kalau bisa setengah abad lagi.

Pengalihan isu ini adalah antara perpanjangan 6 bulan kontra sedikit saham. Ingin dibikin gelap, tetapi malah terbuka. Halangan utama sekarang baginya ialah KETERBUKAAN yang telah mulai melanda setiap sanubari publik negeri ini. Golkar Agung juga nuntut supaya sidang MKD Freeport ini dibikin terbuka, hal mana sudah dipelopori oleh Ahok dalam sidang-sidang Kota Jakarta.

Yang masih sungkan pakai keterbukaan masih bisa plintat-plintut. Tapi berapa lama dirut freeportlagi dan seberapa kuatnya plintat-plintut terus-terusan, dan malah semakin ditelanjangi pula sehingga di bawah kolorpun terlihat.

Abad keterbukaan bukan main-main, karena masalah kemanusiaan tak perlu lagi disembunyikan seperti pada abad lalu, tetapi dibuka di hadapan semua sehingga semua bisa kasih pikiran berbagai usul solusi. Semakin terlihat jelas bahwa siapa yang jujur menginginkan keterbukaan, yang tak jujur masih belum mau terbuka, tetapi jaman memaksa sehingga terpaksa plintat-plintut. Plintat-plintut adalah cabang kegelapan. Salah-salah bisa malah lebih celaka, terutama karena memang bukan lagi jamannya menyimpan kegelapan soal-soal kemanusiaan.

Freeport, SDA dan emas Papua adalah masalah besar kemanusiaan bagi rakyat Indonesia. Sudah hampir setengah abad dibikin gelap, pertama karena dimulai dengan bantai 3 juta orang. Ini sajapun masih digelapkan. Tetapi malah semakin dibuka.

Paradox memang, selalu begitu dalam proses dialektika hal-ihwal, thesis-antithesis-syntesis Hegel. Paradox karena disitu perjuangan segi-segi bertentangan dalam satu soal. Proses ‘keterbukaan-kegelapan-keterbukaan’. Kegelapan kali ini lebih dari setengah abad, karena syaratnya (faktor luar) lama baru berubah, yaitu terjadinya perubahan dan perkembangan teknik digital internet, yang telah bikin perubahan luar biasa, bikin sivilisasi baru yang belum pernah terjadi sebelumnya, SIVILISASI KETERBUKAAN.

Siapa yang bisa menahan sivilisasi baru ini? The Establishment di Eropah masih berdominasi kegelapan. Tetapi tak begitu lagi di Indonesia. Di sini KETERBUKAAN dan promosi keterbukaan bergerak cepat, cepat sekali, melombai seluruh dunia bahkan negeri maju bahkan terjadi juga dikalangan elit The Establishment negeri ini.

Luar biasa. Kita bangga jadi Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.