Kolom M.U. Ginting: Meraja-raja di Kampung Raja

M.U. Ginting 2“Meraja-raja di kampung raja”, aturan adat apa yang mereka pakai? Kata ketua Lembaga Adat Melayu Riau dalam menanggapi sikap anarkis sebagian dari peserta Kongres HMI di Pekanbaru (Riau). Sama dengan jiwa pepatah lama ’dimana kaki berpijak di situ langit dijunjung’. Memang sangat menyinggung hati rakyat setempat kalau ini tidak diperhatikan oleh tamu atau pendatang di satu daerah adat tertentu.

Secara umum soal aksi anarkis seperti ini harus selalu diwaspadai, karena kejadian pengiriman mahasiswa ke kongres bisa sengaja dimasuki oleh oknum yang ingin memecah belah bangsa.

Dalam tingkat nasional bisa disejajarkan dengan adu domba grup elit di Freeport Gate yang baru saja terjadi. Dalam soal Kongres HMI Riau ini, bukan tingkat elit tetapi di tingkat pemuda. Seperti disinyalir oleh Ketua LAM Riau, kemungkinan mereka ini bukan terdaftar sebagai pengikut kongres, jadi bisa disusupkan saja.

Keahlian orang luar bikin ’adu domba’ bangsa ini sudah dipakai sejak kolonial dan paling banyak korbannya ialah pembantaian 3 juta 1965 demi akses ke SDA dan emas Papua dan yang mau diperbarui dalam Freeport Gate. Kalau di tingkat elit seperti FP Gate itu, ada efek bagusnya, yaitu ada saling analisa intelektual. Jadi, bisa terbongkar secara ilmiah dan kebusukan  adu domba jadi jelas serta terang benderang. Bahkan bisa membongkar politik asli tiap elit.

Tetapi, adu domba di kalangan massa lebih banyak tindakan anarkisnya dan juga kekerasan sehingga bisa cepat meluas sehingga bisa semakin tak terkendali. Inilah yang harus diwaspadai oleh pemimpin bijak negara ini. Hanya oleh pemimpin bijak, karena ada juga pemimpin yang ikut mengeruhkan situasi demi politiknya pula yang sesuai dengan politik adu domba orang luar, seperti pengalaman yang lalu-lalu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.