Kolom Edi Sembiring: KUTANG TRANSPARANSI

edi sembiring 2Mereka menuntut kejelasan relokasi akibat erupsi Sinabung. Mereka menuntut haknya yang tak kunjung tiba. Melihat kutang dan tuntutan transparansi, wajah si pemangku jabatan mungkin akan memerah. Malu. Seperti paniknya Don Lopez dalam novel Pangeran Diponegoro yang ditulis Remy Sylado.

Saat itu, dalam proyek pembangunan jalan raya pos Anyer – Panarukan, Belanda mempekerjakan budak perempuan dan laki-laki. Don Lopez, seorang pejabat Belanda, melihat budak perempuan bertelanjang dada.

kutang 2Dia kemudian memotong secarik kain putih dan memberikannya kepada salah seorang di antara mereka sembari berkata dalam bahasa Perancis: “Tutup bagian yang berharga (coutant) itu.” Berkali-kali dia mengatakan “coutant.. coutant” yang kemudian terdengar sebagai kutang oleh para pekerja.

Jangan sampai bila tak ada kunjung tiba penyelesaian relokasi para pengungsi korban erupsi Sinabung, mereka akan melirik syair WS Rendra:

……
Saudari-saudariku. Bersatulah
Ambillah galah
Kibarkan kutang-kutangmu di hujungnya
Araklah keliling kota
…..
Kinilah giliranmu menuntut
…..

Apa jadinya wajah-wajah bapak pemangku jabatan? Gunung Sinabung bersama kutang-kutang yang menuntut transparansi. Bekerja keras lah pemimpin kami. Jangan sampai ibu-ibu kita kembali marah.

Katakan: Tutup bagian berharga itu, karena semua sudah dipenuhi. Redakan air mata kebimbangan mereka …..




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.