Kolom M.U. Ginting: DIKAMBINGKAN

M.U. GintingDiskusi atau debat terbuka soal apa saja, selalu akan ada manfaatnya bagi publik untuk bisa menilai sendiri kebenaran atau kekeliruan yang tersirat dalam tiap pernyataan dari yang berdebat. Gambaran besarnya kali ini adalah kontradiksi antara Shiah dan Sunni (Iran dan Arab).

Wahabi adalah salah satu pecahan dari banyak organisasi Islam yang pro Sunni atau Saudi Arab. NU dianggap Syiah. Dasarnya yang betul ialah tentu kepentingan Nasional Indonesia. Keluar dari situ berarti mewakili kepentingan asing.

Debat ini, antara NU dan Mujahidin, pastilah ‘meriah’ kalau bisa terlaksana. Semua soal di atas meja adalah jalan solusi soal apa saja. Kegelapan selama ini (abad lalu) sudah bisa diganti dengan ‘taruh soal di atas meja’, sehingga massa rakyat atau publik bisa mengikuti. Partisipasi publik inilah yang akan menentukan. Hakekat persoalan sesungguhnya bisa keluar dan diketahui orang banyak.

kambing-3Perbedaan secara agama antara Sunni dan Shia memang tak bisa diselesaikan dalam debat, karena soal itu adalah soal kepercayaan, tak perlu digugat percaya sama siapa atau aliran agama apa saja. Tetapi, hal menarik ialah mengapa justru keretakan/ konflik itu terjadi di sini dan sekarang? Artinya, siapa di belakang adu domba agama ini? Itulah yang bakal keluar kalau ada debat terbuka.

Lagipula, kalau bicara soal adu domba atau perpecahan satu nation seperti Indonesia yang kaya SDA ini, tentu di belakangnya pastilah pihak asing yang berkepentingan atas SDA untuk menguasai politik negeri kita. Atau, seperti sudah biasa kita bilang, di sini ada 2 kepentingan: Kepentingan luar kontra kepentingan nasional.

Umumnya kita yang jadi kambingnya atau dombanya tidak sedar sebelum terlambat. Contohnya, seperti adu domba 1965, sim sallabim . . . sembelih 3 juta kambing . . . sim salabim . . .  SDA hilang. Utang melonjak semakin mencekik rakyat. Pemimpin bangga, rakyat tukang bantai juga bangga, paling bangga tentu orang asing itu. Sebagian pemimpin masih sangat bangga sudah berhasil menyembelih 3 juta orang, karena Komunis katanya.

Zaman berubah, berlainan halnya sekarang kalau sudah berani letakkan soal di atas meja, tak perlu lagi sembelih 3 juta orang, orang Komunis, Sosialis, Nasionalis, Wahabi, Sunni atau NU atau Ansor Shiah.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.