Tiba-tiba ketika bangun dari tidur tadi pagi terlintas bayangan di pikiran saya tentang keadaan dunia yang kacau dan tidak terarah. Saya membayangkan keadaan itu seperti banyak sekali anak panah yang melesat tidak sampai pada lingkaran sasaran. Simpang siur ke sana ke mari memenuhi udara di sekitarnya. Alangkah mengerikan pemandangan bayangan itu di pikiran saya. Lima benua dengan masing-masing pemimpinnya, pemerintahannya dan rencananya.
Pada usia 70 tahun Indonesia masih mencari jati diri, mungkin begitu kalimat halusnya.
Masyarakat menjadi bingung dengan ide-ide dan rencana para petinggi. Pada siaran televise masih terdapat berita Desa A kekurangan air bersih sehingga harus berjalan satu kilometer untuk mendapatkan air dengan membawa dua jerigen dan harus menunggu giliran pula.
Desa-desa di Karo juga masih banyak sekali yang belum mendapat jatah air dari pengelolaan air Negara. Sawah dan ladang bersedih karena kekurangan air. Kota-kota menjadi suram karena para petinggi hanya memikirkan kepentingan pribadi dirinya. Pilkada menjadi arena tuding menuding dan adu kekuatan serta kekuasaan. Mungkin semua daerah di setiap Negara seperti itu.
Tahun lalu pada tanggal 17 Agustus 2014, Rakoetta Brahmana Centre (RBC) membuat satu acara gendang tradisional di Makam Pahlawan Kabanjahe, mengingat dahulu pada tahun 1952 pernah diadakan acara gendang adat Karo untuk memperingati hari Kemerdekaan RI di Makam Pahlawan Kabanjahe.
Pada acara tersebut kami mengundang para veteran dan menari bersama. Kami ingin mengingat dan menghargai betapa berharganya darah para pahlawan yang memberikan nyawanya untuk kemerdekaan Indonesia. Pelaksanaan acara tersebut mendapat cemoohan dan tudingan yang harus kami terima.
Saya ingin sekali jijik dengan mereka yang mencemooh namun saya belajar berbesar hati untuk mengingat bahwa tiap-tiap manusia mempunyai hak asasi atas pemikiran dan dirinya sendiri terutama mulutnya, sehingga saya hanya mendiamkan saja tidak pernah mengusik orang yang selalu mencemooh kegiatan saya.
Beberapa bulan yang lalu saya mendatangi beberapa orang yang saya anggap berkompeten di Kabanjahe untuk membuat TIM DRUM BAND PEMKAB KARO. Mereka bersemangat sekali. Saya membayangkan tujuhbelasan tahun ini sudah ada tim drumband Pemkab Karo yang menjadi tim drumband inti yang megah dan bagus. Namun, rencana yang masih dibicarakan diusik dan disimpangsiurkan oleh orang-orang daerah itu juga sehingga semua menjadi batal.
Ada lingkaran sasaran, ada busur dan ada anak panah. Di lain hal dari itu adalah lingkup udara yang tidak mempunyai sasaran. Namun, kesemuanya itu memerlukan sosok yang dapat mengendalikan alat tersebut. Bagaimana sosok tersebut dapat mengendalikan peralatan panah itu?
Bengkila saya bernama Daud pernah mengatakan begini pada pada suatu malam kepada saya: “Saya tidak mengerti, permen, saya bisa melakukan semua ini. Namun satu yang saya pahami dan perhatikan adalah Allah mengajar tangan saya untuk berperang.”
Saya sangat kagum dengan bengkila saya itu.
Akhir kata, tadi pagi saya menyerahkan lima benua ini pada tangan pengaturan Tuhan agar kita semua diajar dan dilatih untuk berperang sehingga anak panah kita melesat menuju ke arah lingkaran yang tepat. Demikianlah, salam.
Keterlaluanlah kalau perayaan 17/8 dicemohkan pula. Tak pantas. Juga rencana drumband sangat indah kalau bisa terlaksana.
Dari segi lain, apa saja dibuat selalu akan ada penentangan. Itulah pula dialektika perkembangan. Pesawat terbang bisa naik dari lendasan karena ada angin kencang yang melawan.
Maju terus br Brahmana.
MUG