Kolom Telah Purba: CENGAMEN

Telah PurbaDalam tulisan impalku Budiman Ginting, berkata-kata alias cengamen (mengigau) adalah suatu tindakan. Namun, alangkah tajamnya mulut orang ketika mengatakan saya ini “kuda” alias kurang dahin dalam bahasa Karo yang dalam dalam bahasa Indonesianya kurang kerjaan. Padahal, orang yang mengatakan saya “kuda” itu sama sekali tidak pernah membuat postingan yang berisi pencerahan. Malahan yang dipostingnya hanyalah soal diri pribadinya saja.

Namun begitu, tindakan cengamen bukanlah hanya dari satu orang seperti saya saja. Masih amat banyak juru cengamen yang bergentayangan di dunia maya ini. Mungkin cengamen ini bisa diklasifikasi oleh para akhlinya nanti.

Saya sebagai insan yang pernah belajar jurnalistik, sangat faham arti komunikasi; baik searah maupun dua arah bahkan selalu mendapatkan feed back sesuai teori komunikasi yang saya pelajari. Berkata-kata atau jika dikhususkan dalam media sosial, akan berubah menjadi tulisan yang bisa berupa opini, laporan langsung alias cengamen 2reportase. Bahkan kadang bisa berupa cerita pendek dan panjang, prosa, essei, humor, bahkan wawancara atau biografi seorang tokoh.

Saya juga tidaklah menspesialkan bahan cengamen yang harus saya produksi. Terkadang melebar ke tulisan humor yang bertujuan menghibur teman facebook saya. Namun, jika dilihat dari banyaknya hasil tulisan saya yang sudah saya posting, mungkin rekan sahabat bisa menilai mayoritasnya adalah memberikan informasi dan mengkritik kinerja aparat.

Justru itu, tulisan fb bisa dipakai oleh banyak orang untuk memberikan penilaian terhadap info yang disampaikan penulis. Penilaian itu tentu harus berdasarkan positive thinking. Sejelek apa pun kata-kata yang saya sampaikan pasti punya tujuan untuk “memperbaiki situasi”. Bahkan ketika keluar kata-kata yang tak pantas saya ucapkan pun masih sangat banyak yang mengapresiasi karena memang sangat faktual dan fresh.




Oleh karena itu, saya sangat setuju jika saja semakin banyak rekan bertindak dengan cengamen. Satu hal yang harus kita ketahui tentang rambu-rambu menulis yakni ketika menuliskan nama seseorang. Saya pribadi sering kali menghindarkan menuliskan nama langsung seseorang dan hanya melambangkan inisial.

Justru kemarin ini saya agak heran saja ketika ada orang yang berkata di postingannya agar saya mempertanggungjawabkan kata-kata di tulisan saya secara hukum. Padahal, walaupun saya bukanlah seorang wartawan, saya mengerti kode etik pers dan bagaimana agar terhindar dari kasus hukum, berkaitan dengan gaya menulis saya.

Oleh karena itu, bagi kita yang ingin memperbaiki keadaan baik dimana saja di Bumi Pertiwi ini, mari berteriak dan cengamen. Cengamen itu adalah suatu tindakan juga untuk memperbaiki situasi yang ada di mana saja. Sepanjang mengikuti tata krama yang ada.

Jadi jika anda berkata, saya ini hanyalah tukang cengamen, berarti anda belum tentu lebih baik dari yang anda kritik itu, karena anda saja tak sanggup untuk cengamen.

Cherrio…. salam cengamen !!!







Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.