Kolom Telah Purba: Plus-Minus Nodi dan Paya Lahlah (Karo Berneh)

lahlah
Paya Lahlah. Sumber foto: Lau Solu.

 

Saya mencoba merenungi dan mensyukuri anugerah Tuhan Sang Pencipta Alam, Telah Purbatentang apa yang jadi milik kita (kalak Karo di Kabupaten Karo). Pertama, hal yang saya syukuri bahwa kita punya lahan tangkap air yang sangat luas yaitu Paya Lah-lah ( ± 4.000 Ha). Saat ini, rawa-rawa (paya) ini sudah beralih fungsi menjadi daerah persawahan yang sangat berguna untuk peningkatan sumber bahan pangan pokok di Kabupaten Karo yakni beras.


Namun, Paya Lah-lah ini di titik terdalamnya mestinya dibuatkan kolam atau embung atau penampungan air raksasa untuk mereduksi banjir yang menggenangi persawahan ketika musim hujan. Bisa menyimpan air dalam volume yang lumayan besar dan pada akhirnya bisa menjadi objek peternakan ikan atau objek wisata air.

Hal banjir ini sudah sering juga menjadi keluhan warga petani pemilik sawah di daerah tersebut. Sampai saat ini, belum ada penanganan serius untuk itu. 

nodi
Mbal-mbal Nodi

Hal ke dua yang sangat menarik adalah keberadaan padang rumput (mbal-mbal) Nodi seluas 2.000 Ha. Di gerbang masuknya terdapat papan nama pemilik lahannya yakni Pemkab Karo, ditetapkan oleh Bupati Karo Tampak Sebayang (almarhum) sejak 1973. Artinya, padang rumput yang maha luas itu adalah milik kita bersama.

Khususnya Nodi, di musim kemarau sangat panjang seperti saat ini. Hewan ternak yang ada di sana karena memang banyak di sana lembu/ sapi/ kerbau amat susah mencari air minum. Terutama yang paling susah tentunya rumput sebagai makanan pokok sebagai sumber kehidupan mereka.

Terlintas di benak saya, andai karunia Tuhan ini dikombinasikan dengan sentuhan teknologi, tentunya Kabupaten Karo akan menjadi pusat atau lumbung daging di Sumut. Jika saja air yang ditampung di Paya Lah-lah disedot dan dialirkan ke savana Nodi, tentu rumput bisa disiram dan kebutuhan air minum ternak terjamin.




Dalam benak saya, yang terpikir saat ini adalah ketidakmampuan kita bersyukur dan mensyukuri pemberian Tuhan, untuk kita gunakan memakmurkan rakyat.

Untuk Pemkab Karo, dengan segala hormat, saya memohon dipertimbangkan soal yang saya tuliskan ini, agar rakyat bisa mendapatkan yang terbaik dari pemerintahnya demi kesejahteraan bersama (versi Kang Somad, TV Swasta). Mumpung masih musim Musrenbang, tolong juga diagendakan di Renbang-nya agar pesertanya tidak ngantuk-ngantuk mendengarkan celoteh pembicaranya dan membahas soal ini.

Bujur, mejuah-juah.




One thought on “Kolom Telah Purba: Plus-Minus Nodi dan Paya Lahlah (Karo Berneh)

  1. Usul yang bagus dari publik atau dari siapa saja patutnya jadi perhatian pembda dan jajarannya.

    Tingkat seterusnya ialah bagaimana supaya usul yang bagus itu bisa jadi perhatian dan ada semangat dari pemda untuk mencobanya. Dan kelihatannya tingkat inilah yang sekarang sangat mendesak. Karena pemda hanya menjalankan rutinitasnya sejak jaman bahola.
    Trobosan, trobosan . . . atau rutin, rutin . . .

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.