Ritual Suci Diri (Erpangir) di Kaki Sibayak

erpangir-7

Laporan:

Jebta B Sitepu dan Reny F. Ginting

dari Mata Air Panas di Kaki Gungungapi Sibayak




Jebta B. SitepuRenny Febrina GintingAcara bertajuk pagelaran seni dan budaya Karo Erpangir ku Lau 2016 yang diselenggarakan bersama oleh Karo Trekker Community (KTC), Gerakan Kemajuan (GK) Center Karo, dan IMKA AMIK MBP telah berlangsung dengan meriah dan sukses kemarin siang shingga sore [Jumat 28/10] di mata air panas Lau Sidebuk-debuk, Doulu (Kecamatan Merdeka, Dataran Tinggi Karo).


Acara yang dimulai Pukul 09.00 Wib ini, diawali dengan Kata-kata Sambutan yang disampaikan oleh Ketua Panitia, perwakilan Rakoetta Brahmana Center (RBC), perwakilan DisBudPar Karo, anggota DPRD Kabupaen Karo, tokoh Budaya, DPRD Sumut, dosen IMKA Amik MBP, dan pemerintahan desa setempat. Mereka semua sangat berharap acara ini dapat terus berjalan setiap tahun.

erpangir-8
Ritual sudah dimulai

“Kami dari Disbudpar Karo akan berusaha semampu kami agar acara erpangir ku lau ini bisa masuk menjadi acara tahunan yang resmi di lingkungan kalak Karo. Mudah mudahan DPRD Karo dan pihak terkait dapat menganggarkan APBD untuk acara ini,” kata perwakilan Disbudpar Karo dalam sambutannya.

Setelah kata sambutan dari berbagai pihak, acara dilanjutkan dengan memulai musik dan ritual Gendang Mbuang, Gendang Puanglima, Gendang Guru dan Gendang pasu-pasu. Semua rangkaian ritual acara dipimpin oleh Guru Mbelin beru Kemit dari Medan beserta guru simeteh wari 30, pande, dan guru kuta yang kesemuanya sekitar 40 orang (guru= dukun Karo).

erpangir-9
Keramat-keramat alam sekitar dan nenek moyang sudah mulai memasuki tubuh beberap guru (shaman). Terlihat ramuan bahan penyuci diri dan persembahan ayam putih di tepi mata air panas.



“Semua guru yang hadir adalah teman-teman saya dan beberapa adalah murid saya. Saya sangat senang jika para pemuda pemudi Karo setiap tahun membuat acara ini,” kata guru mbelin beru Kemit.

Dari pengamatan Sora Sirulo di lapangan, acara ini berlangsung cukup meriah dan berjalan dengan lancar. Sekitar 300 pengunjung dari berbagai tempat memenuhi lokasi acara. Tampak 2 orang turis asing asal Republik Ceko juga hadir.

“Kami sangat senang bisa hadir, acara seperti ini harus dilestarikan. Ini adalah kesenian dan budaya yang sangat indah,” kata wisatawan Ceko itu kepada Sora Sirulo.

Untuk latar belakang historis ritual ini sehingga sering dilksanakan di tempat ini bisa dibaca tulisan Juara R. Ginting yang berjudul Hinduism in Karo Society (2004) di dalam Modern Hinduism in Indonesia, diedit oleh Martin Ramstedt.





Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.