Kolom M.U. Ginting: Kemenangan Trump

trump
100 perempuan berpose telanjang sebagai tindakan protes atas terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS.



Setelah mendapat kabar kemenangan Trump sebagai presiden terpilih AS 8 November 2016, pemimpin UKIP Nigel Farage bilang bahwa 2016 “was the year of two great M.U. Gintingpolitical revolutions”. Kemudian dia menambahkan: “I thought Brexit was big, but boy, this looks like it’s going to be even bigger”.m Brexit memang luar biasa di Eropah. Dan kemenangan Trump ‘even bigger’ kata Farage. Betul memang lebih luar biasa, karena akan berdampak sangat luas ke seluruh dunia, secara ekonomi maupun kultural, karena Trump akan jadi presiden negara adidaya AS.

Farage melanjutkan:

“Today, the establishment is in deep shock. Even more so than after Brexit.  What we are witnessing is the end of a period of big business and big politics controlling our lives … Voters across the Western world want nation state democracy, proper border controls and to be in charge of their own lives.”– telegraph.co.uk

Juga Pemimpin LP (Partai Buruh) Jeremy Corbyn bilang bahwa kemenangan Trump adalah “an unmistakable rejection of political establishment“. Jeremy Corbyn yang ‘dipungut dari jalanan’ dan yang menurut Bill Clinton adalah yang “paling gila” diantara semua, diangkat jadi pemimpin LP 2015 setelah partai ini mengalami kekalahan dan merosot terus.

LP adalah partai kiri/ sosialis sejak Abad 19, Demokrat Clinton juga mewakili ‘kiri’ ini. Semua mereka ini (kiri, sosialis) adalah pendukung teguh the establishment, menentang perubahan dunia dengan gerakan nasionalisme kultural. Tetapi Jeremy Corbyn lain dari yang lain, dia lebih ‘kanan’ atau mengikuti politik ‘kanan baru’ menentang the establishment itu, dan oleh golongannya dianggap paling gila dan dipungut dari jalanan untuk menduduki kursi pertama di LP.

Perubahan sikap JC sebagai perorangan tidak banyak membantu kemerosotan dan kemunduran gerakan kiri dunia. Kelenyapan/ kematian gerakan kiri adalah alamiah, sama alamiahnya dengan kebangkitan gerakan nasionalis kultlural kanan baru dalam bentuk cultural/ ethnic revival dunia seperti gerakan nasionalis kultural etnis Amerika yang selama ini, etnis yang selama setengah abad multikulti telah dilupakan oleh Partai D maupun R itu (the silent majority). Bahkan sampai Pilpres ini tetap saja trump-2kedua partai ini tidak mengindahkan suku Amerika yang tertinggal ini yang umumnya terdiri dari kelas buruh miskin daerah industri, penduduk miskin pedesaan dan pedalaman, tak terpelajar dan jauh dari pendidikan tinggi.

Orang-orang inilah yang dalam Pilpres 2016 telah menjadi suara yang menentukan dalam kemenangan gerakan (movement) Trump. Orang-orang ini jugalah yang tidak pernah dihitung dalam survey Pilpres sehingga selalu bikin kemenangan di pihak Clinton. Clinton dianggap adalah perwakilan dari the establishment atau the establishment berada di belakangnya. Karena itu, dianggap tidak mungkin ada pembaruan dari Clnton, pembaruan yang dicita-citakan oleh mayoritas dalam semua pemilihan.

Kita ingat juga bagaimana Obama menjajakan perubahan ketika kamanye, change, change . . . katanya. Trump tidak mengkampanyekan change, tetapi dari sikap politiknya yang tegas melawan the establishment, itulah change yang hakiki. Penentangannya terhadap PC (Political Correctness) yang dipegang teguh sebagai benda sakral oleh the establishment.

Semua pemimpin negara-negara Eropah sangat terkejut oleh berita kemenangan Trump. Karena sampai jam-jam terakhir pemilihan itu masih saja tetap Hillary di atas angka Trump dari catatan semua survey (sama halnya dengan Brexit tempo hari). Tetapi, setelah perhitungan suara, perbedaan dan kemenangan Trump sangat jelas.

 

“What we are witnessing is the end of a period of big business and big politics controlling our lives,kata Farage.

 

Tugas yang sangat berat untuk mengakhiri kekuasaan atau kontrol dari big business dan big politics. Farage bilang ‘the end’, sangat memberikan harapan bagi umat manusia. Harapan pembebasan bagi kemanusiaan, bagi rakyat-rakyat dunia karena big business (neolib) Paman Sam ini memang punya jaringan di seluruh dunia. Tetapi walaupn bukan ‘the end’, biar bagaimanapun telah dimulai periode itu, di Eropah dengan Brexit dan di AS dengan kemenangan Trump terpilih sebagai presiden AS.

Sebagai presiden, Trump bisa bikin banyak, sambil berpikir banyak juga karena yang dia hadapi bukan sembarang kekuatan, tetapi kekuatan besar finansial big business itu, dan yang sudah berakar sangat kuat sejak berabad-abad, bukan hanya setengah abad, atau abad lalu saja.

Di AS, pada akhir kekuasaannya 1933 Presiden Roosevelt bilang:

“The real truth of the matter is, as you and I know, that a financial element in the large centers has owned the government of the United States since the days of Andrew Jackson.”

Andrew Jackson adalah presiden AS ke 7 (1829-1837).

 

Sejak permulaan Abad 19 (sudah hampir 200 tahun), ‘big business’ itu atau kelompok element financial besar (yang sekarang kita namakan juga neolib) sudah menguasai atau adalah pemilik sepenuhnya pemerintahan AS, dan yang sekarang diarahkan menuju ‘global hegemony’ seperti dikatakan Chossudovsky. Alatnya yang utama ialah pecah belah dan adu-domba berdarah dimana saja yang mereka ingin kuasai terutama negeri yang kaya SDA. 

Chossudovsky bilang: 

“The so-called war on terrorism is a front to propagate America ’s global hegemony and create a New World Order. Terrorism is made in USA , The global war on terrorism is a fabrication, a big lie.”

 

Dengan kenyataan-kenyataan ini jelas bahwa Trump sebagai presiden resmi yang terpilih, tetapi yang memerintah adalah yang punya kekuatan riil kekuasaan duit atau finans atau big business itu. Terakhir banyak akademisi AS menamainya dengan istilah ‘secret government’, ‘double goverment’, ‘deep state’, dsb. Tentu pemikiran ini tak terlepas dari perkembangan terakhir soal pengetahuan tentang ‘secret government’ atau ‘double government’ AS seperti dikatakan oleh seorang profesor dari Tufts University Michael Glennon bahwa dalam Pilpres AS berlaku:

“Vote all you want. The secret government won’t change. The people we elect aren’t the ones calling the shots.”

Mengapa kok orang-orang Amerika belum mau memahami kata-kata profesor itu? Padahal, belakangan sudah banyak akademisi yang bikin analisa dan menyebarkannya seperti dalam buku Glennon sendiri bernama National Security and Double Government”. Atau, orang-orang AS memang sudah memahami semua itu sehingga mereka memilih Trump yang punya pandangan lain dari presiden-presiden sebelumnya?

trump-4

Ketika Presiden Kennedy dengan sekuat tenaganya mencoba melawan kehendak big business ini, sangat jelas balasan yang dia terima. Dia jadi korban, tak ada ampunan, kekuasaan big businees, kekuasaan duit adalah mutlak tak bisa dilawan atau ditentang oleh siapapun. Tak urusan apakah dia presiden terpilih oleh mayoritas rakyat AS. Presiden Obama bukan tidak melihat atau tidak pernah membaca apa yang dikatakan Presiden Roosevelt atau oleh Prof. Michael Glennon soal Double Government itu. Tetapi, daripada mempertaruhkan nyawa seperti Kennedy, Obama lebih memilih ubanan membiarkan saja apa yang terjadi. Obama banyak berbuat yang bagus bagi rakyat AS, tetapi semua itu di dalam batas-batas yang dia sudah memahaminya.




Apakah memang sudah waktunya atau sudah mungkin melawan the ‘secret government’ ini sekarang pada era keterbukaan dan partisipasi publik?

Akan banyak bisa dimobilisasi alasan dan argumentasi yang mengatakan sudah mungkin, dibandingkan dengan era Kennedy yang semua masih serba gelap (era kegelapan). Ketika itu, belum ada ahli atau akademisi yang dengan sigapnya membongkar semua rahasia kegelapan itu seperti sekarang ini.

Kennedy ketika itu sangat sendirian, terisolasi, belum ada kesedaran nasional AS, dan tak berdaya sama sekali menantang ‘big business’ atau ‘financial element of the large centers’. Trump yang sekarang terpilih, harus menghadapi 2 front, janji-janjinya dalam kampanye terhadap rakyat AS dan kepandaiannya menantang the secret government big business yang dalam kampanye sudah jelas dia tantang dengan ancaman menghapuskan semua persetujuan dagang (melawan free trade) dan ancaman ‘bubarkan’ NATO karena lebih mengutamakan kepentingan nasional bangsa AS daripada urus negeri lain dan keamanan negeri lain.

Atau, seperti UKIP Nigel Farage katakan:

“Voters across the Western world want nation state democracy, proper border controls and to be in charge of their own lives.”

 

Dunia mengharapkan kesuksesan Donald Trump dalam menghadapi dua front ini.

Semoga




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.