Kolom M.U. Ginting: TRISAKTI

 pecah-belah




Ketegasan Kapolri menyatakan bahwa ada maksud terselubung gerakan makar di M.U. GintingDemo 212 sangat banyak manfaatnya. Ini meningkatkan kewaspadaan dan orang-orang makar itu tak berani muncul mengacau situasi. Tidak perlu diragukan bahwa semua gerakan atau demo yang bertendensi merusak persatuan bangsa adalah gerakan yang tidak bisa dipisahkan dengan gerakan makar internasional. Gerakan ini dipelopori oleh gerakan Divide and Conquer (DC) Internasional.

 DC memanfaatkan segala macam bentuk perbedaan dan kontradiksi yang ada dalam satu negeri untuk memecah belah dan mengadu domba; seperti konflik antara gerakan kiri dan kanan di Indonesia 1965 dan sekarang antara Sunni dan Shia di Timur Tengah (konkretnya di Syria dan Irak). Tujuan DC ialah Miliaran dan Triliunan dolar dari SDA satu negeri, seperti sekarang dari minyak Syria dan Irak.

Di Indonesia terjadi Tahun 1965, adu domba kiri kontra kanan, dan SDA tanpa halangan dikuasai orang asing atau DC itu. Demo 411 dan 212 atau demo apa saja bukanlah suatu yang haram di negeri demokratis seperti Indonesia. Kebebasan bagi semua untuk mengutarakan pendapat apa saja, dan juga menunjukkannya dengan demo. Itu sangat bagus bagi perkembangan demokrasi.

Apa yang harus diwaspadai oleh seluruh anak bangsa ialah adanya selalu usaha DC untuk memanfaatkan segala macam kontradiksi atau gesekan dalam pecah-belah-2masyarakat. Berapa orang dari bangsa ini memahami soal ini?

Pemain DC ini mengerti soal apa yang diketahui rakyat banyak. DC memahami tingkat pengetahuan publik. Pengetahuan itu jugalah yang dipelajarinya dan dimanfaatkan pada Tahun 1965 dan yang sekarang dipakai di Syria dan Irak. Berapa orang rakyat kedua negeri ini yang mengerti bahwa mereka disuruh perang hanya karena minyaknya mau dijarah?

Orang Indonesia sekarang banyak yang mengerti penipuan di Syria dan Irak, penipu minyak SDA itu, tetapi masih belum banyak diantara orang Indonesia yang bisa memahami, bahwa usaha-usaha perpecahan seperti Islam kontra kafir, menjaga kesucian Islam dan sebagainya digosok atau ditumpangi oleh DC itu sehingga sesama anak bangsa bermusuhan tajam. Padahal aslinya sejak leluhurnya orang Indonesia adalah manusia cinta damai dan persahabatan dan kekeluargaan yang luar biasa.

Mengapa sifat mulia ini bisa berubah jadi kebengisan? Jawabnya ya hasutan DC itu, hasutan yang sudah berjalan lancar tanpa halangan sejak ribuan tahun. Satu lagi yang sangat penting untuk diketahui ialah orang-orang DC ini adalah orang-orang Machiawelli, orang jahat dan bertujuan jahat, orang-orang yang menganggap kehidupan hanya mungkin dilalui dan mencapai tujuan hanya dengan perbuatan jahat (Baca INI).

Manusia Machiawelli ini sudah ada sejak adanya manusia, dan terutama setelah ada kekuasaan. Kegiatan manusia Machawelli ini semakin kuat dan terorganisasi, setelah munculnya kekuasaan, karena harus melawan berbagai kekuasaan itu. Mereka ini juga yang melahirkan Perang Dunia 1 dan 2, karena mereka perlu membungakan uang sebagai pemilik bank dunia. Lih di SINI).

Pada era perang dingin, DC pakai kontradiksi kiri dan kanan untuk menipu keduanya, dan berhasi menjarahi SDA banyak negeri terutama minyak, emas dan tembaga, serta juga uranium. Setelah perang dingin selesai, tidak ada lagi kiri dan kanan. Kontradiksi ini tidak bisa lagi dimanfaatkan. Lantas bikin kontradiksi atau konflik baru yaitu terorisme sebagai musuh semua negeri. Sekarang inipun sudah mulai ketahuan, banyak akademisi membelejetinya, seperti dijelaskan oleh seorang profesor dari Ottawa University Chossudovsky bilang:

“The so-called war on terrorism is a front to propagate America ’s global hegemony and create a New World Order. Terrorism is made in USA , The global war on terrorism is a fabrication, a big lie.”

 

Terorisme mulai menurun, terlihat juga di Indonesia karena sikap Jokowi yang tegas tak perlu takut sama terorisme karena itu memang maksud utamanya, menakut-nakuti bikin persiapan perang teroris. Teroisme mulai ditinggalkan.

Lantas, apa usahanya di Indonesia? Konflik laten antara Islam dan kafir . . .  ini masih jalan dan masih mantap juga. Si kafir Ahok dapat getahnya. Kalau bukan Ahok tentu banyak yang lain atau soal lain yang bisa selalu dimanfaatkan, karena perbedaan atau konflik Islam dan kafir tidak akan ada habisnya.

Tujuan DC hanya itu . . . pecah belah, bikin kacau, ganti pemerintahan yang lebih bodoh dari yang sekarang, yang sama sekali tidak mengerti tujuan licik DC ini. Jokowi dan pemimpin-pemimpin sekarang sudah banyak yang waspada dan juga pastilah juga sudah mengerti betul tujuan DC ini terutama karena sekarang sudah ada contoh konkret Syria dan Irak. Pengertian dan penjelasan ilmiah soal DC (lihat dua link di atas) baru muncul setelah akhir era perang dingin dan dalam era munculnya era keterbukaan sebagai akibat tak terhindarkan dari perkembangan teknik dan dunia internet.

pecah-belah-4

 

Dunia berubah jadi dunia keterbukaan dan dunia partisipasi publik yang tidak pernah terbayangkan pada abad lalu dan abad-abad sebelumnya dari era kemanusiaan sejak adanya masyarakat manusia. Bisa dibayangkan, berapa ribu tahun DC ini hidup tenang dan damai melaksanakan tugas ‘kemanusiaannya’ tanpa ada gangguan dari manapun. Berapa juta manusia jadi korbannya dan Triliunan-triliunan dolar dikeruknya. Krena belum ada yang menjelaskan ke publik, belum ada yang mengetahui atau peduli soal manusia Machiawelli atau organisasi DC ini seperti kita ketahui sekarang ini.

Berapa orang yang peduli kalau di Demo 411 atau 212 ada element DC untuk bikin kacau supaya menjarahi SDA bisa aman dan tenteram dengan pemasukan duit Triliunan dolar seperti di Syria dan Irak? Sebagian besar pendemo itu lebih asyik menjatuhkan Ahok daripada memikirkan orang-orang DC yang mau mengacau dan menggulingkan Jokowi supaya bisa menempatkan yang lebih ‘bodoh’ yaitu yang tidak mengerti DC atau yang memihak DC.

Untungnya bagi kita di Indonesia ialah masih mempan kalau dibilang menjaga persatuan dan NKRI dan Panca Sila. Itulah kelebihan kita dari Syria dan Irak, yang tak punya NKRI atau Panca Sila. Tidak ada alat pemersatu yang bisa dipatuhi oleh rakyat Syria atau Irak seperti alat pemersatu kita itu. Kita masih beruntung ada alatnya. Atau ini memang tergantung dari warisan sifat mulia leluhur bangsa kita itu?

Dengan tibanya era internet, era media publik yang luas, maka keterbukaan informasi apa saja tidak bisa lagi ditutupi dan bisa menyebar luas detik-detikan saja. DC adalah makhluk yang bisa hidup tenang hanya dalam kegelapan. Ribuan tahun kegelapan dunia, di situlah dia tumbuh subur sampai ke tingkat perkembangannya yang sekarang ini. Walaupun dunia belum mengetahuinya secara massal, tetapi arah perkembangan ke situ tidak bisa dielakkan lagi. Keterbukaan dan partisipasi publik tidak ada yang bisa mengendalikan.


[one_fourth]Selama ribuan tahun DC dalam tingkat tesis[/one_fourth]

Sama halnya dengan soal apa saja, DC juga  harus melalui proses dialektika perkembangan, tesis-antitesis-syntesis Hegel. Selama ribuan tahun DC dalam tingkat tesis, dan setelah syarat luar yang luar biasa itu (keterbukaan informasi dan partisipasi publik, internet), memaksa DC sekarang sudah mulai ke fase antitesis. Perlawanan yang semakin besar terhadap DC karena semakin terbuka dan tak bisa ditutupi lagi. Walaupun di Demo 411 dan 212 belum banyak yang bisa melihat existensi DC itu, tetapi di Syria dan Irak sudah jelas bisa disaksikan oleh semua penduduk dunia termasuk Indonesia.

Syarat lainnya lagi yang harus ditambahkan ke dalam perlawanan atau antitesis DC ini ialah adanya gerakan kultural rakyat-rakyat dunia mengarah ke nasional kultural seluruh dunia menentang multikulti (atau multikulturalisme) yang selama setengah abad di era lalu adalah bagian (atau cabang atau alat) yang terpenting bagi DC. Dengan gerakan nasionalis kultural ini, apalagi satu negara adidaya besar seperti AS Trump sudah mulai ikut ambil bagian dalam gerakan ini, maka fase antitesis DC (atau gerakan perlawanan menentangnya) semakin kuat tak terelakkan.

Gerakan dan pemikiran nasional/ kultural sedang merambat luas ke seluruh dunia, termasuk pemikiran nasionalisme Indonesia yang semakin merambat luas di negeri kita.




Di Eropah, gerakan ini diwakili oleh Brexit Nigel Farage Inggris. Kemenangan Trump dan Farage telah bikin Uni Eropah dan pemimpin-pemimpinnya terkencing-kencing. Yang  lucu terlihat ialah kalau di tv-tv selalu ada diskusi/ debat soal ‘persatuan Eropah’ tetapi diskusi hanya diantara orang-orang mereka saja. Mereka tidak pernah berani mengikutsertakan orang nasionalis kultural itu. Bagaimana mereka akan menambah pengetahuannya kalau debat/ diskusi hanya dengan orang-orang yang sama pendapatnya?

Yang lebih lucu lagi ialah kemarin [Jumat 2/ 12] dalam diskusi di TV Swedia mulai diikutsertakan orang dari pemimpin partai nasionalis/ kultural Swedia (kanan baru model Trump). Malah ada pemimpin partai borjuis Swedia memuji pemimpin partai kanan baru itu, walapun selama ini (sebelum kemenangan Trump) dia selalu memaki dan menyalahkan karena rasis, dsb. Bahkan ada juga diantara pemimpin partai borjuasi itu yang mau menghentikan aliran pengungsi Islam masuk ke Swedia. Partai-partai kiri Swedia semakin terdesak, seperti partainya Hollande di Perancis.

Arah perubahan dan perkembangan dunia sudah semakin jelas ke mana, politik kiri dan DC sedang dalam proses antitesis dialektika Hegel, artinya akan lenyap menuju sesuatu yang baru atau syntesis baru yang nasionalis dan kultural berlaku bagi semua negeri dan nation dunia, dan yang di Indonesia sudah pernah kita dengar istilahnya dari seorang yang bernama Soekarno, yaitu TRISAKTI.

One thought on “Kolom M.U. Ginting: TRISAKTI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.