24 JAM MENUJU ISTANA TERINDAH

Oleh: Antonius Bangun (Jakarta)

 

Antonius GintingSampai di El Prat Airport (Barcelona) Pkl. 15.00, 3 jam sebelum take off. Kami sengaja datang jauh lebih cepat supaya tidak tergesa-gesa dan terhindar dari lupa sesuatu yang penting. Lagi pula ada beberapa teman yang mau mengurus tax refund (pengembalian pajak dari pembelian barang).

Sebelum check in, kami terlebih dahulu melapor dan minta formulir pembelian barang distempel oleh petugas pajak. Setelah memperlihatkan barang yang dibeli baru formulir distempel. Urusan tax refund sebenarnya mudah, tapi kalau ketemu petugas resek, agak repot. Bahkan barang yang sudah dipakai harus diperlihatkan. Yang sulit, pakaian dalam.

Hahaha, harus diperlihatkan juga.

Ada ruangan dan petugas khusus. Tidak sampai proses ini saja, repot masih berlanjut, menyusun kembali barang-barang tersebut ke koper. Mana tahan… Demi Euro dilakoni juga. Duit… duit…

Setelah lewat passport control, uang tax refund bisa diambil di counter “Global Blue” atau “Premier Tax Free”. Tergantung tokonya memakai yang mana. Kalau Global Blue, staffnya selalu stand by di tempat, jadi kita bisa terima tunai. Tapi Premier Tax antonius bangunFree, karena staffnya sedikit, lebih suka membayar tax refund melalui Kartu Kredit. Kita harus mencantumkan nomor kartu kredit di formulir belanja yang sudah distempel lalu memasukkan ke amplop dan menyemplungkan ke kotak yang sudah disediakan. Kita tinggal menunggu, beberapa hari kemudian rekening kartu kredit kita akan menerima pembayaran dari Premier Tax Free.

Lega… selesai sudah proses tax refund dan passport control. Sekarang kami di ruang tunggu, menunggu panggilan boarding. Jam menujuk angka 17.20, sepuluh menit lagi boarding. Lama juga ya… Semua proses memakan waktu hampir 2,5 jam. Pesawat take off tepat waktu. Pkl. 18.00 kami sudah di angkasa menuju Istanbul, Turkey. Lama penerbangan ini 3 jam

Mendarat mulus di Istanbul Atatürk Airport Pkl. 23.00 tengah malam waktu setempat. Penerbangan selanjutnya menuju destinasi akan take off Pkl. 02.00, jadi antonius bangun 2kami transit di sini 3 jam. Lama penerbangan 12 jam.

Dingin, lelah dan ngantuk… banget. Di ruang tunggu hanya tersedia kursi standard, kecil dan susah untuk bisa tidur melepas lelah. Juga, di tempat umum seperti ini tidak ada fasilitas wifi. Pada hal fasilitas ini penting banget untuk baca WA, istimewanya “WA Salam Kompak Selalu” yang dinanti-nanti itu. Capek deh…

Samar di kejauhan terlihat “lounge”. Ternyata di airport sebesar ini hanya ada 2 lounge. Sayang, mereka tidak kenal kartu Mandiri, BRI, BNI dan bank-bank lain. Bahkan BCA yang begitu sakti di Indonesia, mereka tidak terima. Di dalam lounge terlihat banyak “couch”, ini pasti lebih enak, bisa selonjoran dan lumayan untuk tidur. Kalau tidak pakai kartu kredit, per orang harus bayar Turkey Lira 90, sekitar 427 ribu uang kampung kita.

Ala mak, mahal kali untuk selonjoran, tidur-tidur ayam dan baca WA. Begitu mau bayar, e… terlihat lounge yang satu lagi. Ternyata itu khusus HSBC Premier. Kebetulan aku punya kartunya meski saldoku selalu kurang di bank ini. Aku bergegas ke sana. Kali ini aku jadi agak egois, karena hanya kami berdua (aku dan Mery) yang bisa masuk. Pada hal di sana ada 17 orang teman menderita. Kalkulatorku berkata “17 x TL 90 = TL 1.530 = sekitar Rp 7,3 juta”. Wouu…, gila… Hanya untuk selonjoran. Maaf ya kawan. Mahal sih…

Turkish Airlines memang baik, pantas mereka mendapat predikat “the best airline, lupa versi siapa”. Selalu tepat waktu. Tak lama setelah take off menuju final destination pramugari cantik dengan ramah memberikan “bag” berisi penutup mata, slippers, kaus kaki, pasta dan sikat gigi, dan menawarkan pilihan makanan lezat antonius bangun 3ditambah soft drink, teh/ kopi dan red and white wines. Di kursi telah tersedia bantal, selimut dan ear phones untuk menikmati hiburan melalui touch screen di depan mata. Lengkap deh. Mestinya penerbangan akan nyaman, bisa makan dan tidur enak. Yang kurang hanya satu, tidak ada tawaran pijat. Hehehe.

Memandang pramugari yang cantik, ramah dan sigap, aku lupa hal yang ditawarkan tapi malah teringat sekitar 33 tahun lalu. Orang di sebelahku ini, di Garuda, pasti seperti mereka juga: muda, cantik, ramah dan sigap melayani penumpang. Tapi sekarang dia ada di sisiku, khusus melayani aku dan keluargaku. Syukur dan terima kasih Tuhan.

Setelah dua jam terbang dan sudah makan kenyang, lampu cabin dimatikan supaya penumpang bisa tidur. Atau bagi yang tidak mau tidur bisa menikmati hiburan di layar sentuh. Aku sangat ngantuk, tadi setelah duduk di pesawat langsung tertidur, bahkan tidak sadar ketika pesawat take off. Aku terjaga tatkala pramugari menyalakan lampu dan mulai menghidangkan makanan. Sekarang setelah selesai makan dan menyeka wajah dengan handuk panas, kami harus tidur lagi.

Meski ada penutup mata, bantal dan selimut, tapi hanya duduk di kursi, tidak mudah menikmati tidur sepanjang perjalanan 12 jam non stop. Geser kiri, geser kanan. Slonjor dan lipat kaki menjadi pendek, cari posisi yang nyaman, tetap saja tidak nikmat dan tidak bisa tidur pulas. Begitulah kami menyelesaikan penerbangan 12 jam, sebentar tidur lalu terjaga. Nonton filem atau dengar musik kemudian tidur lagi. Bosan sih, tapi harus dijalani, sudah di dalam pesawat. Tidak bisa turun lagi. Harus sampai tempat tujuan.

Pesawat mendarat dengan mulus, tepuk tangan riuh mengapresiasi pilot. Penumpang keluar melalui garbarata, ruangan besih dan rapi. Enak menarik cabin bag yang aku bawa. Koridor dari garbarata menuju ruang airport berdinding kaca tembus pandang ke taman yang indah dan tertata rapi. Lalu ada conveyer untuk mereka yang malas jalan atau lelah. Terlihat ada antrian orang yang mau mendapatkan visa on arrival. Prosesnya mudah dan cepat. Seperti aliran air, berjalan terus. Di sisi depannya ada toilet, wou…, luar biasa bersih bahkan wangi dan fresh.

Berikutnya di sebelah kiri terlihat berderet mesin, peralatan self stamp, peralatan canggih pengganti petugas imigrasi. Hanya dengan menempelkan passpor ke scanner maka proses imigrasi selesai. Cepat dan mudah. Banyak orang yang sudah memanfaatkannya. Terlihat mereka masih gagap tapi akhirnya berhasil. Aku pun ingin mencoba tapi tidak bisa karena sewaktu pergi harus mendaftar dulu, bisa secara online.

Kemudian di depan ada antrian tertib berliku bagi mereka yang mau melewati prosedur imigrasi konvensional. Di ujung antrian berdiri seorang petugas yang mengatur antrian menuju petugas. Semua berjalan tertib, sangat lancar dan mudah. Benar-benar semua well organized. Tidak kalah dari mancanegara. Bangga deh….

Selelah melewati imigrasi kami sampai di conveyer “bag claim”. Conveyer sudah berputar dan bagasi kami sudah di atasnya. Luar biasa cepat, berbarengan bagasi dan penumpang sampainya di sana. Setelah mengambil 3 koper, kami pun keluar melalui bea cukai. Di sini ada dua jalur: hijau dan merah. Jalur merah untuk mereka yang ragu tentang barang bawaan apakah boleh atau tidak boleh dibawa masuk. Jalur hijau, bagi mereka yang yakin semua barang bawannya tidak bermasalah. Kami lewat jalur hijau. Petugas imigrasi melayani dengan baik. Hanya cabin bag yang mereka minta di scan. Luar biasa negeri ini. Semua prosedur dan sarana sudah tertata dengan baik dan cermat.

Keluar dari imigrasi kami sudah ditunggu oleh penjemput berpakaian rapi, ramah dan helpfull. Semua bagasi kami di angkat dan disusunnya ke dalam mobil, bukan mobil mewah tapi bersih, rapi, fresh dan wangi. Kami dipersilakan duduk di bangku belakang dan kendaraan mulai berjalan. Jalan yang kami lalui luas, terdiri 5 lajur, dua agak di atas dan tiga di bawah. Membayar toll yang tidak terlalu mahal. Jalan ramai tapi lancar.

Setengah jam naik mobil, sehingga total perjalan menjadi 24 jam, kemudian kami sampai di tujuan, Istana Terindah, “Home Sweet Home”. Tidur di “Peraduan Ternyaman”, lebih dari hotel berbintang lima. Selamat tidur. Nyenyak dan mimpi yang indah.

Jakarta, 6 November 2015

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.