60 Guguran Awan Panas Sinabung Kemarin

alexander firdaustALEXANDER FIRDAUST. KABANJAHE. Hingga kemarin [Kamis 6/2], Gunung Sinabung masih terus meluncurkan awan panas ke arah pemukiman penduduk. Bahkan, menurut informasi yang disampaikan oleh Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (Hendrasto) kepada media, luncuran awan panas yang terjadi sepanjang hari kemarin terjadi sebanyak 60 kali.

Intensitas luncuran awan panas kerap terjadi, memang, tapi tidak menimbulkan jatuhnya korban jiwa seperti yang telah terjadi awal bulan Februari 2014 lalu yang  mengakibatkan 16 orang tewas dan seorang lainnya mengalami luka-luka bakar dan masih dirawat secara intensif hingga saat ini.

“Luncuran awan panas terjadi sebanyak 60 kali di hari ini. Itu akibat gempa vulkanik dalam yang menghasilkan guguran awan panas,” ujar Hendrasto

Untuk menghindari jatuhnya korban jiwa lebih banyak, Hendrasto mengharapkan agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di daerah zona berbahaya. Adapun zona berbahaya yang dimaksud adalah di dalam radius 5 kilometer dari kawah Gunung Sinabung.

“Lebih baik masyarakat menjauhi zona berbahaya tersebut. Ini lebih positif untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan. Musibah di akhir pekan kemarin harus dijadikan pelajaran berharga,” katanya.

Sementara itu Kepala Bidang Mitigasi Bencana, Gempa Bumi, dan Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gede Suantika, mengatakan, erupsi Sinabung hingga saat ini masih terus terjadi. Menurutnya, ini disebabkan material lava pijar di bawah gunung terus terdorong ke atas. Jumlah material lava pijar sangat banyak.

“Suplainya masih konstan. Sepertinya, jumlahnya masih besar. Tenaganya juga masih belum habis,” jelas Suantika.

Menurut Suantika banyaknya material di bawah gunung ditandai dengan masih seringnya terjadi gempa hybrid. Dalam sehari, rata-rata terjadi 120 kali gempa hybrid.

“Melihat lajunya suplai (material lava pijar) dari bawah ke atas yang konstan, itu menunjukkan di bawah cukup besar,” terangnya.

Mengenai kapan erupsi berhenti, ia sendiri belum dapat memperkirakan.

“Itu susah diprediksi. Bisa diprediksi, tapi kami membutuhkan pengukuran yang lebih global lagi, terutama di daerah Karo,” imbuhnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.