Kolom Salmen Kembaren: 67 TAHUN PERMATA

Meruntuhkan Ego Sektoral

 

salmen kembaren 2PermatanPemuda Gereja Karo (Permata) lahir hari ini 67 tahun lalu di saat masa-masa genting bangsa ini, tepatnya dalam kurun waktu Agresi Militer Belanda. Tumbuh pada saat genting memilliki efek negatif dan positif. Positifnya, orang-orang akan berpikir lebih kreatif untuk mengatasi atau keluar dari masa genting. Negatifnya, yakni banyaknya tujuan-tujuan yang akan menjadi abai karena harus fokus ke masalah teraktual. Tentunya saat itu, semua tanpa terkecuali, memiliki tujuan sama dengan cara berbeda yakni selamat dari agresi Hari ini, Permata GBKP merayakan kelahiran organisasi ke-67 tahun.

Apa kebanggan pemuda gereja hari ini? Jangan-jangan hanya sebagai organisasi seperti pipa air, melewatkan air yang berbeda tapi dengan tempat yang sama. Hanya mengantarkan anak-anak yang belum menikah menjadi orang yang telah menikah. Pernyataan ini tentunya akan dianggap terlalu tendensius oleh mereka yang sedang atau pernah menduduki jabatan sebagai pengelola organisasi tersebut.


[one_fourth]bukan salah pengelola[/one_fourth]

Tapi mereka juga tidak akan dapat berkata banyak karena memang demikian adanya. Menurut saya, itu juga bukan salah pengelola organisasi (pengurus) melainkan banyak kendala yang berawal dari perbedaan persepsi dalam organisasi yang lebih besar. Permata hanya satu dari beberapa unit organisasi Gereja Karo. Jika dihitung-hitung anggotanya tentunya ribuan orang. Bayangkan apa yang dapat dilakukan seribu orang sekali saja dalam setahun. Namun, kuantitas tidak selamanya menentukan kualitas yang tinggi pula.

Apakah jarak dapat kita jadikan alasan mengapa tidak dapat mengelolanya dengan baik? Tentunya tidak, karena sitem komunikasi dan saat ini sudah begitu menghentikan masalah jarak. Organisasinya juga terstruktur baik dari pusat sampai ke runggun.

Masalahnya dapat dianalisa menjadi dua bagian dengan “analisa sektoral”. Ego sektoral sebagai keadaan dimana masing-masing unit (sector) mengutamakan tujuan dan visi mereka untuk diraih. Hal ini dapat berakitbat kurangnya sinergi antar sektor dalam organisasi yang sama.

Contoh sederhana adalah tidak sinerginya antara pengerjaan jalan dengan pemasangan pipa air misalnya. Begitu jalan selesai diaspal, sebentar lagi perusahaan air minum membelah aspal jalan untuk memasang pipa air.

 

permata 3

 

Moderamen mencangkan tahun peningkatan sosial ekonomi dan budaya, di lain hal Permata lebih menghabiskan waktunya untuk persiapan Porseni misalnya juga bentuk ego sektoral. Dari sisi organisasi yang lebih tinggi (Moderamen) Permata merupakan organisasi yang kurang diperhitungkan. Bagaimana mungkin sebuah organisasi kurang memperhitungkan generasinya, dan inilah kenyataannya.

Antar unit (sector) di tingkat tertinggi ini saling berjuang untuk unitnya. Kelanjutan dari hal ini adalah minimnya kegiatan yang mengembangkan potensi anggotanya. Pada akhirnya, anggota tersebut mencari organisasi yang dapat mengembangkan mereka di luar namun tetap menjadi anggota organisasi lama.


[one_fourth]lembu menyusui harimau[/one_fourth]

Ini berbahaya. Seperti seekor lembu yang menyusui harimau. Lihatlah fenomena beribadah ke gereja lain! Maka organisasi tingkat tertinggi ini harus mengubah cara pandang mereka melihat gererasi mereka. Negara sendiri menganggarkan 20% belanjanya untuk pendidikan dan itu berarti kepada perbaikan generasi baru.

Di jarajan organisasi yang lebih rendah (Permata mulai dari Klasis sampai ke Perpulungen) juga terjadi ego sektoral ini. Misalnya anggota di kota dengan Permata desa. Antar anggota sekolah dengan bekerja. Bahkan ke lebih kecil lagi, sektor A lebih suka reatret sedang B lebih suka kegiatan bidang lingkungan.

Hal ini semua terjadi mulai dari lini paling atas sampai ke pribadi anggota. Saya ingat sekali ketika disensus sebagai anggota, ada beberapa kegiatan pembinaan anggota yakni musik tradisi, sosial, olah raga dan paduan suara. Saya tidak tahu program yang mana yang dapat meningkatkan kapasitas saya sebagai pemerhati lingkungan misalnya.

 

permata 4

 

Perbedaan latar belakang membuat kita berbeda dalam berpikir dan bertindak. Demikian juga betapa susahnya mendapatkan dana dari runggun untuk kegiatan. belum lagi pembinaan apa yang didapatkan seorang anak dari Runggun selain dikhotbahi untuk berbuat baik.


[one_fourth]tidak dapat disatukan[/one_fourth]

Memang tidak mudah untuk menyelesaikan masalah keegoan ini. Pada dasarnya setiap level dan sektor memiliki nilai, problem, sikap dan tujuan yang berbeda. Namun bukan berarti tidak dapat disatukan, karena bersatu tidak harus sama atau bersama. Misalnya ketika fokus organisasi tertinggi ke bidang lingkungan maka organisasi di bawahnya dapat menyesuaikan diri ke arah tersebut.

Mamre, misalnya, bergerak di bagian pembinaan pengadaan bibit reboisasi. Moria bergerak di penghematan air atau pemanfaatan limbah keluarga. Demikian di Permata desa sebagai pelaksana rebosisasi. Sedang permata kota mengembangkan pemanfaatan halaman rumah hijau atau bisa juga ecopreneurship. Bayangkan berapa banyak ragam kegiatan yang dihasilkan oleh lebih 250 runggun saat ini di bidang lingkungan.

Pemuda Gereja juga harus mengurangi kegiatan yang bersifat seremonial atau pertandingan-pertandingan yang kurang mengasah keahlian anggota. Lain halnya jika Permata ingin menghasilkan atlet berprestasi maka hal tersebut sinergis. Jika tidak, itu hanya membuang waktu.

Pemuda gereja Karo harus lebih tanggap terhadap isu sosiokultural, mulai dari tingkatan sukunya, antar iman, kebangsaan dan isu dunia. Permata harus hadir dalam situasi yang genting dan memberi warna dalam pemecahan masalah masyarakat.

Keberagaman latar belakang seharusnya dimanfaatkan oleh organisasi untuk mensinergiskan tujuan utama. Bukan sebaliknya membatasi pilihan pengembangan diri untuk mencapai tujuan. Berikutnya adalah untuk tidak mentabukan kerjasama. Baik antar sektor, perpulungen, runggun bahkan klasis. Bahkan, bila perlu, antar gereja atau antar iman.  Hal ini dikarenakan tidak semua program dapat dilakukan tingkat runggun.


[one_fourth]belum tentu ema[/one_fourth]

Sebaliknya juga ada kegiatan yang dilakukan tidak membumi jika dilakukan tingkat klasis atau terpusat. Ada dua kata bijak yang cukup tepat untuk bahan refleksi di usia yang ke 67 ini. Pertama dari Barnum (Selebriti Amerika) yakni “sirkus yang baik harus memberikan sesuatu bagi semua orang”. Permata harus menghasilkan anggota yang berguna bagi banyak orang. Kedua, “semua yang berkilau belum tentu emas”. Permata yang kita banggakan sebagai “rudang-rudang gereja” harus memancarkan kilau Permata.

oderamen tidak boleh lagi menomorduakan organisasi anak dan remaja/pemuda jika gereja Karo ingin eksis di masa mendatang. Demikian juga organisasi permata itu sendiri harus menyatukan persepsi dan visi untuk lebih mengarahkan kegiatan ke arah yang menjadikan anggotanya lebih berguna dan berkarakter Gereja Karo.

Selamat ulang tahun Pemuda Gereja Karo, Permataku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.