Acara Mburo Ate Tedeh Karo di Belanda Suntikan Baru untuk Rasa Seni

Peserta acara Mburo Ate Tedeh Belanda foto bersama (anak-anak remaja bermain bersama di luar gedung)
Peserta acara Mburo Ate Tedeh Belanda foto bersama (anak-anak remaja bermain bersama di luar gedung)

LORETA KAROSEKALI. DORDRECHT. Acara Mburo Ate Tedeh orang-orang Karo di Belanda berlangsung kemarin siang dan malam [Sabtu 1/6] di sebuah café di lingkungan pertanian pinggiran Kota Dordrecht, Nederland. Acara kecil-kecilan yang diorganisir secara spontan ini sangat memuaskan sekitar 40 peserta.  Selain acara bersama yang mempertemukan orang-orang Karo yang tinggal lumayan berjauhan, acara ini juga memberi suntikan baru terhadap beberapa penari Tartar Bintang yang beberapa tahun terakhir ini tidak turut dalam penampilan-penampilan kelompok musik dan tari Karo ini.

“Saya sudah kepingin manggung kembali seperti dulu,” kata Christy br. Tarigan kepada Sora Sirulo di sela-sela acara makan malam.

Christy adalah salah seorang penari andalan Tartar BIntang yang, oleh satu dan lain hal, telah sekitar 2 tahun tidak bisa ikut manggung bersama kelompok musik dan tari ini.

Gina br Tarigan (berbaju warna nila)
Gina br Tarigan (berbaju warna nila)

Lain halnya dengan Gina br Tarigan. Dia baru saja tinggal di Belanda untuk bekerja. Kemarin di acara itu dia menunjukkan potensinya dalam menari Karo dan tarik suara sehingga menarik perhatian Bang Ju (begitu sebutan para personil Tartar Bintang kepada Juara R. Ginting si sutradara), untuk mengajaknya turut bergabung bermain musik, menari dan bernyanyi.

“Ini menjadi kesempatan saya untuk bisa keluar rumah di akhir pekan dan sekalian turut mengembangkan budaya Karo di negeri orang,” kata Gina menerima tawaran ini.

Para organisator acara (Kinok Surbakti, Yos Sinuraya, Nita Sembiring, Rina Ginting dan Rosvanda Tarigan) juga sangat puas atas cerahnya cuaca dan wajah-wajah memendam rasa rindu para peserta. Rindu bertemu sesama, rindu makanan yang lezat-lezat dan rindu “sitokoh-tokohen“.

“Kali ini, kita hanya mengajak orang-orang Karo yang tinggal di Belanda untuk pertemuan ini tanpa menutup pintu bagi teman-teman lain di luar Belanda. Lain kali kita coba acara lebih besar dengan mengundang semua teman-teman kita dari bagian Eropah lain,” tutur Kinok Surbakti yang didampingi oleh Rosvanda Tarigan dan Nita Sembiring.

Yang tua dan yang muda, hatinya bercerita
Yang tua dan yang muda, hatinya bercerita

Kegembiraan peserta bukan hanya karena mendapat kesempatan menari dan bernyanyi secara bersama-sama maupun secara single atau berpasangan, tapi juga dengan berlimpahnya makanan yang aduhai enak dan lezatnya. Suasana lingkungan pertanian dan cerahnya mentari sore itu membuat segala pikiran kusut dari kegiatan sehari-hari menjadi salang sai sekaligus melepas rindu terhadap sesama Karo di Belanda.

Rindu e lalap nge kari rindu,” kata Sukmawati Pinem kepada Sora Sirulo yang mengakui dirinya tetap lugu dalam “dunia persilatan” Karo di Eropah. Sukma adalah penari Tartar Bintang yang telah lebih 3 tahun tidak aktif karena kesibukan kerja dan jauhnya tempat tinggalnya dari daerah kebanyakan para personil kelompok musik dan tari ini.

Kepiawaian Kinok Surbakti memainkan kibot Karo agak mengejutkan para peserta. Selama ini, Kinok belum berani mengiringi acara-acara Karo. Tapi, kemarin, menurut penilaian Sora Sirulo, Kinok telah berhasil menjadi perkibot Karo pertama di Eropah.

Kinok Surbakti saat bermain kibot
Kinok Surbakti saat bermain kibot

Lanai lit sicengkalna, enggo banci dayaken pé,” kata Ivo Nuhita br Ginting ketika ditanya kesannya mengenai perkibot di acara itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.