Kolom M.U. Ginting: AHOK, KUTA GAMBER, DAN TRUMP — Menguak Kegelapan Dana Desa

“Warga menganjurkan agar kepala desa menjelaskan berapa dana dan sumber dana untuk proses pembangunan di Desa Kuta Gamber. Namun, sebagaimana dikatakan oleh para tokoh tadi, Kepala Desa tidak menjelaskan hal yang sedang dikerjakan,” demikian diberitakan oleh media online Kahe Kolu (lihat di SINI).

“Open government”, istilah yang pernah dipakai dan dipraktekkan oleh Ahok di pemerintahan Kota Jakarta ketika jadi Gubernur DKI. Bahkan kemudian dilengkapi dengan ‘e-government’ dengan e-budgetting. Pemaparan budgett secara terbuka dan elektronik, semua bisa melihat. Wow . . . begitu mengerikannya bagi penggelap duit yang Ahok sebut ‘bajingan’.

Tetapi, begitu gembiranya sambutan publik.

Rapat/ sidang harian dewan kotapun dibikin terbuka oleh Ahok. Publik boleh hadir dan mendengarkan diskusi atau perdebatan soal penanganan kota. Luar biasa ‘kelakuan’ Ahok sebagai gubernur Jakarta ketika itu. Dialah pertama di Indonesia yang berani mempraktekkan ‘open government’ dan ‘e-government’ di ibukota Indonesia itu.

Di Kuta Gamber, sebuah kampung tadisional Karo yang terletak di Kecamatan Tanah Pinem (Kabupaten Dairi, SUMUT) apakah mungkin cara-cara keterbukaan Ahok dipraktekkan? Atau juga e-budgettingnya? Sehingga pembangunan jalan dijamin bisa beres tak ada uang hilang? 

Mungkin masih jauh untuk bisa dijalankan seperti di Jakarta ketika Ahok. Tetapi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin. Ahok muncul dengan transparansinya di tengah kota besar yang ‘semangat korupsinya’ juga besar. Di kuta Gamber juga bukan tidak mungkin, caranya sederhana saja; mengganti ‘semangat menggelapkan’ dengan semangat transparansi dan DEDIKASI.

Untuk itu diperlukan pemaparan di atas meja, apa yang sudah dan sedang dikerjakan oleh pemerintahan desa supaya bisa diberlakukan check and balans, kontrol dari masyarakat. Untuk ini dibutuhkan sikap terus terang dan siap blak-blakan menunjukkan yang salah dan yang benar, yang kurang beres, begitu juga penghargaan atas yang bagus pelaksanaannya.

Salah satu kekurangan atau kelemahan bangsa ini ialah ‘sungkan’ terus terang dan blak-blakan seperti Ahok, walaupun banyak positifnya sudah pernah kita saksikan. Negatifnya, kelemahan sifat ini, dimanfaatkan oleh orang yang ingin gelap. Tidak jujur dan tidak ikhlas. Tidak ada semangat dedikasi karena lebih memberatkan korupsi.

Terus terang tanpa sembunyi-sembunyi, blak-blakan berargumentasi yang ilmiah, adalah penyelamat dunia dan kemanusiaan. Termasuk dan sudah pasti akan menyelamatkan desa-desa Indonesia seperti Kuta Gamber.

Cara ini telah dimulai oleh Ahok di Jakarta, dan secara internasional telah dimulai oleh presiden Trump di AS membongkar semua taktik dan politik kegelapan ‘the Global Power Structure’ (NWO) yang telah mempertahankan cara-cara kegelapan sejak kemerdekaan AS 177. Sudah 240 tahun sampai Trump terpilih 2016. 

Ayo Kuta Gamber mulailah ‘open government’! Terus terang, transparan tak ada rahasia-rahasiaan, semua diikutkan. Cara yang paling gampang dan sederhana untuk membangun desa dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kuta Gamber harus ikut menyelamatkan kemanusiaan dengan transparansi dan keterusterangan.

Dengan begitu, Kuta Gamber akan ikut menyumbangkan tenaga menghancurkan kegelapan ‘the power structure’ dunia gelap itu dan yang juga telah sempat menghancurkan Indonesia (harta SDA dan nyawa manusia) 1965. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.