Kolom Bastanta P. Sembiring: AKHIR LANGKAH GINTING SI ‘GIANT KILLER’ DI ASIAN GAMES 2018

Pasca cedera otot kaki saat bermain di final Cabor Bulutangkis nomor beregu tunggal putera di ajang Asian Games ke-18, berkat Minak Alun (minyak urut) khas Karo (demikian pengakuan sang ibu), Anthony Sinisuka Ginting (Ginting AS) dalam waktu singkat bangkit dari cedera dan kembali bertanding. Memulai debutnya [Jumat 24/8] melawan wakil Iran (Mehran Shahbazi) di babak 32 besar nomor perorangan tunggal putera, Ginting AS menyelesaikannya dengan cukup mudah, 2 set langsung (21-9 dan 21-8).

Ini membuatnya melaju ke babak berikutnya.

Di babak 16 besar [Sabtu 25/8], Gintng AS telah ditunggu oleh juara dunia (dengan peringkat 2 dunia), Kento Momota asal Jepang. Walau melalui pertarungan yang cukup sengit, Ginting AS berhasil memenangkan pertandingan dengan 2 set langsung (21-18 dan 21-18) menghantarkannya melaju ke babak perempat final.

Di perempat final [Minggu 26/8], Ginting AS kembali ditantang oleh favorit juara wakil dari China (Chen Long). Laga yang cukup ketat, namun kembali Ginting AS berhasil memenangkannya 2 set langsung (21-19 dan 21-19) dan melaju ke putaran berikutnya (semi final).

Kemenangan 3 kali berturut-turut dalam 2 (dua) set langsung pasca cederanya, membuat reputasi Ginting AS semakin menanja. Sebelumnnya, saat melakoni pertandingan di final nomor beregu putra untuk tunggal pura, Ginting AS tampil sangat memukau, namun harus mengakui keunggulan Shi Yuqi (China) dan terkena cedera otot.

Situasi saat itu membuat Ginting AS tetap dielu-elukan sebagai pahlawan di pertandingan tersebut. Demikian juga dengan Shi Yuqi lawan tandingya yang karena menunjukkan sikap simpatik sebagai seorang pemain profesional saat mendali emas jadi taruhan, membuatnya juga banjir pujian dan sanjungan dari netizen, dan menjadi idola dalam semalam. Pertandingan itu juga menjadi tranding topic dunia.

Selain kemenangan berturut-turut dalam 2 set langsung dalam kondisi yang baru pulih dari cedera, takluknya 2 pemain top dunia di tangan Ginting AS, membuatnya kemudian menjadi salah satu pemain yang paling ditakuti ke depannya. Bahkan, media di Malaysia menjulukinnya dengan “Giant Killer”.

Ia dinilai sukses menghentikan langkah 2 (dua) pemain top dunia dari negeri raksasa bulutangkis dunia (China dan Jepang). Maka patutlah kemudian media di negeri jiran itu menjuluki Ginting dengan sebutan “Pembunuh Raksasa”.

Namun sangat disayangkan di semifinal [Senin, 27/8], langkah Ginting AS harus terhenti dan oleh keunggulan wakil dari Taiwan (Chou Tien Chen) dalam 3 set yang melelahkan (21-16, 21-23, dan 17-21).

Gagalnya Ginting AS ke final tentu meninggalkan kekecewaan dari masyarakat Indonesia dan juga para penggemarnya. Setelah dua laga yang sengit namun dapat diselesaikan dengan baik, Ginting AS tentu menjadi kandidat kuat untuk memenangkan final dan meraih emas. Akan tetapi langkah si “Giant Killer” akhirnya harus terhenti di babak semi final. Dan kembali kita akan berkata, “untung” Indonesia masih menyisakan satu pemain Jonathan Christie ke babak final, sehingga peluang Indonesia untuk menambah pundi emas di nomor tunggal putera masih terbuka lebar.

Apapun pencapaian Ginting AS di ajang Asian Games Ke-18 ini, kita tetap bangga. Dia telah melakukan yang terbaik, menunjukkan sikap kesatria dan permainnan yang inpresif selama melakukan pertandingannnya. Membuat kita kagum, bangga, sekaligus terhibur. Semogga ke depan Ginting AS lebih cepat bangkit, seperti kebangkitannya pasca cedera kemarin dan terus berjuang untuk prestasi lebih baik untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.

Semangat Anthony Sinisuka Ginting, kami bangga samandu impal. Kam pasti bias meraih prestasi yang lebih baik dari sekarang ini.”

Mejuah-juah Indonesia.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.