Kolom Eko Kuntadhi: APA YANG KAMU PIKIRKAN, SAYA ORA URUS!

“Mas, tulisan dan statement kamu yang cenderung membela Palestina. Itu mengecewakan banyak followermu. Kalau begini, kamu akan ditinggalkan orang,” tulis sebuah pesan. Saya ketawa. Begini. Saya menulis atau berpendapat sesuai dengan pikiran saya. Sesuai dengan apa yang saya ketahui. Dan sesuai nurani saya sendiri. Mungkin pendapat saya salah. Mungkin juga benar.

Karena itulah saya menggunakan medium media sosial untuk menyuarakan pikiran sendiri.

Untuk menuliskan apa yang terlintas di benak saya. Bukan untuk menyenangkan orang lain. Soal kebetulan pendapat saya berbeda dengan orang lain, ya itu urusan mereka yang membaca atau mendengarkan. Bukan urusan saya lagi.

Saya gak mikirin apa yang ada di pikiran orang lain tentang pendapat saya. Jika setelah itu mereka unfollow atau unsubscribe, itu terserah mereka. Wong saya juga gak maksa buat difollow atau subcribes.

“Mending bersuara tentang kondisi yang ada di Indonesia. Ngapain ngurusin orang di luar sana,” ujar pesan lainnya.

Lho, selama ini saya bersuara soal apa saja. Saya menuliskan soal Abu Kumkum. Jangankan di Indonesia. Di dunia saja dia gak ada. Cuma ada dalam imajinasi saya sendiri. Saya juga menulis soal kuntilanak. Soal babi ngepet.

Sesuatu yang melintas ruang dan waktu. Beda alam. Beda dunia. Itu juga terserah saya. Gak ada tuh, yang protes. Padahal saya menuliskan sesuatu yang bukan di Indonesia. Malah hanya ada di alam gaib.

Kalau kali ini saya berpendapat soal Palestina. Sesuatu kejadian yang ada di dunia nyata. Terus masalahnya di mana? Kalau pendapat saya membela Palestina, sebetulnya saya sedang membela sikap Pemerintah Indonesia. Sejak Jaman Soekarno sampai sekarang, posisi Indonesia jelas dalam konflik Palestina dan Israel.

Entah, saya bingung. Apakah pemerintah saya, pemerintah Indonesia sejak dulu sebegitu gobloknya, sehingga sikapnya ditolol-tololin rakyatnya sendiri? Bahkan sikapnya itu dianggap gak tahu sejarah. Gak paham peta. Gak ngerti politik luar negeri.

Aduh. Kasian sekali para diplomat kita. Kasian sekali para pendiri bangsa ini, yang menuliskan, “Bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa. Karena itu penjajahan di muka bumi harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

Konstitusi yang dipegang Pemerintah Indonesia dalam menjalankan politik luar negeri. Tetiba ditolol-tololin oleh mereka yang sok tahu. Sikap pemerintah kita soal Palestina klir. Begitu juga sikap saya. Apa salahnya saya sependapat dengan politik luar negeri Indonesia?

Jadi, intinya begini. Saya berpendapat sesuai dengan apa yang saya pahami dan ketahui. Menuliskan apa saja yang terlintas di kepala. Kalau ada yang gak setuju dengan pendapat saya, itu terserah yang menanggapi. Saya gak ada urusan dengan persepsi orang lain.

Fungsi saya cuma sebagai penulis. Bukan pemuas. Kalau mau cari kepuasan, tempatnya bukan di medsos.

“Mas, salah satu kewajiban lelaki itu harus bisa memuaskan, dong,” celetuk Kumkum. Mbohhhh!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.