1.400 Ha Areal Ternak Nodi Digarap

Warga Minta Bupati dan Polres Karo Tangani Nodi Sebelum Jatuh Korban

 

 

nodi
Foto: Theopilus Sinulaki

Bernard Pangaribuan 3B. KURNIA PARGAULAN P. KARO BERNEH. 1.400 ha dari 2.000 ha luas keseluruhan lahan peternakan (perjalangen) Mbal-mbal Nodi di Karo Berneh sudah digarap. Peternak minta agar Bupati Karo dan Polres Tanah Karo serius menyikapi keadaan ini. Di samping penggarap terus saja melakukan pengolahan lahan dengan traktor, banyak ternak lembu dan kerbau yang mati akibat ditombak atau diracuni oleh orang-orang tak dikenal.

Demikian disampaikan Pengurus Kelompok Tani Ternak Merih Unggul, Tommy Sembiring dan Asmadi Sembiring kepada wartawan kemarin [Selasa 8/9] di Mbal-mbal Petarum (Kecamatan Lau Baleng, Karo Berneh).

Menurut mereka, ulah penggarap sudah meresahkan para peternak. Hampir 1.400 ha lahan ternak sudah dipagar kawat duri sehingga lahan peternakan menjadi sempit.

“Saat ini ada 4 unit traktor tengah bekerja mengolah lahan untuk ditanami jagung. Pada pertemuan dengan Muspika Lau Baleng dan kelompok tani ternak Merih Unggul sudah melaporkan dan minta agar kegiatan tersebut dihentikan karena menimbulkan masalah bagi ternak yang ada di Mbal-mbal Nodi,” kata Tommy Sembiring.

Lagi pula, Mbal-mbal Nodi adalah asset pemerintah yang luasnya mencapai 2.000 ha dan harus diawasi. Hal itu sesuai dengan ketetapan surat Asisten Wedana Kecamatan Mardingding tertanggal 20 Nopember 1972 yang ditandatangani oleh Pangkat S.M. SK Bupati Karo Tahun 1973 menyebutkan, Mbal-mbal Nodi adalah lokasi perjalangen (pengembalaan, red.) yang dipergunakan untuk lahan peternak atas pengawasan pemerintah daerah. Namun, hingga kini sudah 1.400 ha lahan peternakan tersebut digarap serta dijadikan perladangan jagung  dan sawit.

Menurut Ismadi, sikap para penggarap liar sudah meresahkan peternak. Besar kemungkinan, kalau dibiarkan terus begitu, akan menjadi masalah tak berujung. Sebab, hampir setiap hari ternak terluka bahkan sudah berkali-kali dilakukan gotongroyong untuk membongkar pagar kawat yang dipasang penggarap.

“Berkali-kali dilarang tetapi tak dihiraukan. Ini sudah dilaporkan ke Muspika Lau Baleng, namun belum ada tindakan yang jelas sehingga pembukaan lahan terus semakin luas,” kata Ismadi.

Camat Lau Baleng drs. Kalsium Sitepu yang dikonfirmasi seputar hasil rapat kordinasi Muspika dengan Pengurus Kelompok Tani Ternak Merih Unggul tentang kegiatan penggarap mengolah lahan dengan traktor, pihaknya membenarkan adanya aduan keberatan atas sikap penggarap yang memagar dan metraktor lahan peternakan Mbal-Mbal Nodi.

Menurut Camat, pihaknya sudah melaporkan kejadian keberatan para peternak kepada Bupati Karo untuk meminta saran dan petunjuk lanjutan.

Catatan redaksi:

Menurut beberapa pakar sejarah, Nodi dulunya adalah sebuah kerajaan bernama Kerajaan Lingga yang menghubungkan Linge di Gayo dan Lingga di Karo.

Sebuah mitologi Karo menceritakan Nodi di suatu masa mengalami banjir darah setelah sejenis hewan bernama Nggalima disembelih atas permintaan putra raja. Istri dari raja yang kebetulan sedang hamil nantinya, setelah banjir besar yang banyak memakan korban itu, mengungsi ke Kuta Bangun. Putranya yang lahir kemudian menjadi nenek moyang salah satu kelompok merga Sinulingga di Bintang Meriah (Dataran Tinggi Karo).

Menurut J.H. Neumann, pernah di kampung Lingga (Dataran Tinggi Karo) ada sebuah lingkungan (kesain) bernama Kesain Nodi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.