Kolom Ahmad Fauzi: AYAT-AYAT PEDANG

Mereka meminjam mulutku, mengabarkan warta dari seorang dukun penyair yang terbuang dan meradang. Manusia kesurupan yang dihukum oleh kutukan sepanjang zaman. Aku mengada untuk berkuasa. Bagaimana pun caranya, meski dengan menindas cinta. Tak peduli bila banyak warga kampung binasa. Menjarah, meneror dan merampok bisa kulakukan, asalkan demi sebuah tujuan mulia dan Tuhanku pun membenarkannya.

Kami diikat oleh persamaan iman, bukan kerabat, suku, jalinan darah atau pun keturunan.

Iman jauh lebih berharga dibandingkan keluarga. Iman kami di atas segala. Banyak anak yang meninggalkan ibu-bapaknya demi menghidupi dan merayakan ideologi iman. Tuhan sudah menjanjikan, darah kami yang tertumpah akan diganti dengan cantiknya bidadari yang selalu perawan.

Risalahku membuat masyarakat meradang, karena mereka memang telah kehilangan keutamaan. Kaumku sudah terlalu jauh meninggalkan hukum Tuhan. Kebodohan yang diidap masyarakatku membutakan mata mereka untuk mengerti aturan-aturan Tuhan. Sebelum kenabianku, mereka ada dalam masa-masa kegelapan.

Aku mengobarkan pada mereka perang dan perlawanan atas nama kesucian. Semua itu untuk membuktikan bahwa suara-suara yang selama ini menelusup dalam pikiranku betul-betul datang dari langit semesta, bukan jin penghuni gua. Aku menuruni bukit wahyu dengan perasaan putus asa, sebab banyak orang menganggapku sebagai manusia yang dirasuki jin-jin yang pandai berkata-kata.

Setiap hari menggigil kedinginan, mengingat pengalaman di dalam gua gelap yang sangat menakutkan. Tidur dan bermalas-malasan merupakan jawaban awal dari pengalamanku yang begitu memberatkan. Hingga suatu saat, ada orang bijak tua mengabarkan bahwa diri ini sudah ditakdirkan mendapat tugas yang sangat mulia. Namaku pun telah disebut dalam kitab-kitab suci para nenek moyang dulu kala. Bahkan rohku sudah tercipta sebelum alam raya ini mengada. Entah, apa ini kutukan ataukah keberuntungan.

Aku sebenarnya masih ragu, apa semua pengalaman misteri yang kurasakan ini betul-betul datang dari yang Ilahi. Benarkah aku seorang nabi? Oleh karena itu, kekuasaan dunia menjadi sangat penting adanya, agar aku tidak dianggap gila. Aku harus membuktikan kebenaran pengalaman cenayangku ini dengan menjadi penguasa dunia, karena suara-suara itu mendaulatku sebagai manusia paling utama.

Kemahakuasaan pikiran selalu menggema di dalam kepala, membujuk dan merayu agar diri ini menjadi manusia penguasa. Perkataan yang mempengaruhi dan mengendalikan jiwaku akan murka apabila aku hanya diam saja. Aku tak boleh hanya bermuram durja karena ia tak segan-segan membusukkan otakku atau memutus urat sarafku apabila diri ini tidak mengabarkan warta suci dari pemilik alam raya.

Ini yang menjadi impuls penggerak dan pendorong terkuat yang mengakar dalam alam bawah sadar Sang Nabi, manusia yang dianggap paling suci, kenapa ia menjadi nabi yang bersenjatakan Kalam Ilahi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.