Kolom Boen Syafi’i: BENCANA ALAM BUKAN MURKA TUHAN

Namanya bencana ya bencana saja. Gak usah dikait-kaitkan dengan halusinasi apalagi murka Tuhan segala. Ngemeng-ngemeng, sudah tau kah resiko hidup di Indonesia? Ya, resikonya adalah, bisa saja tiba-tiba mati normal, mati kena begal, dan mati terkena bencana alam. Eh satu lagi ding ….

Mati kendat karena cuma dianggap sebagai kakak saja, gak lebih.

Ciyeeee ….. Mengingat kita hidup di lingkar Gunung berapi alias ring of fire. Mulai dari Papua hingga Sumatera, tak luput dari yang namanya gunung berapi aktif, yang suatu saat bisa memuntahkan laharnya dengan durasi yang berbeda beda.

Jadi, gak usah alay, apalagi jablay. Wong si Alay kan udah lama gantung raket toh? Tuh si Alay Budi Kusuma?

Uniknya lagi, satu satunya bangsa yang rakyatnya berani hidup berdampingan dengan gunung berapi itu ya di Indonesia saja. Lainnya? Gak ada yang wani, Bray. Maka tugas kita seharusnya bukan banyakin berdoa tapi minim aksi nyata. Sebaliknya, aksi nyata dan 0.001 nya berdoa.

Aksi nyata yang bagaimana? Aksi nyata dimulai dari hal terkecil seperti menyukai tanaman, dan membuang fadlijon eh sampah pada tempatnya. Sudahlah, tinggalkan pikiran primitif era jaman batu yang menganggap semua bencana itu karena murka Tuhan.

Lah, Tuhan kok hobinya murka? Apa Tuhan terkena hipertensi kah? Banyakin menaman pohon yang bisa menyerap air lebih banyak. Bukan malah ngebanyakin membangun tempat ibadah, yang jemaahnya kadang hanya berisi lima orang saja.

Lagian, buat apa bangunan tempat ibadah dibanyakin? Toh, tempat ibadah itu hanya bisa menyerap uang, bukannya air kan?Apalagi ada pikiran yang mengatakan, pohon besar itu tempatnya setan.

Ah, setan lagi kena getahnya. Biarlah mereka hidup di pohon? Lagian kalau hidup di apartemen, emang situ mau biayain? Dan juga, pohon besar tempat syirik menyembah selain Tuhan? Lah? Wong sama sama syiriknya, kok ngata-ngatain yang lainnya syirik?

Emang nyembah patung dan kubus bukan syirik juga? Ingat, sesama syirik dilarang saling mendahului, Bray? Hiduplah selaras dengan alam. Agar, jika terjadi bencana alam nantinya, tidak terlalu banyak merenggut korban jiwa.

Tuhan tidak pernah murka, karena Tuhan Maha Welas. Yang murka sejatinya adalah alamnya. Karena ulah manusia sendiri yang lebih mementingkan menanam beton dan mengabaikan kearifan budayanya sendiri. Hingga pada akhirnya, mereka melupakan sejatinya pelindung alami dari Tuhannya, yakni alam semesta.

Bencana bukan murka Tuhan, bencana alam hadir sebagai peringatan, agar kita selalu hidup selalu selaras dengan alam. Btw busway.. Ingat, cintai alam. Jangan malah kakaknya si Vetty Vera..

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.