Kolom Eko Kuntadhi: CIHUY, GUE TRENDING!

Namaku jadi trending topik di Twitter. Kern juga. Sayangnya di depan namaku, ada kata tangkap. Hahahahaha. Mulanya dari sebuah twit. Isinya simpel. “Alhamdulillah. Terkumpul Rp 60 M. Disalurkan Rp 14 M.” Lalu, karena salah tulis. Saya koreksi. “Sorry, Rp 30 M.” Di bawah twit itu saya sertakan berita, Ustad Adi Hidayat berhasil mengumpulkan donasi buat Palestina selama 6 hari sebanyak Rp 30 M.

Di sebelahnya ada berita dia menyalurkan Rp14, 3 M melalui MUI.

Saya yakin kalau orang normal membaca twit ini isinya biasa saja. Informasi plek. Tanpa ada tendensi apa-apa. Bahkan tidak ada kalimat negatif. Atau mempertanyakan ke mana sisanya disalurkan. Sesimpel itu.

Tapi medsos itu hutan belantara. Tempat orang Pansos dan mencari celah. Maka saya menemukan tulisan Fadh Pahdefi, politisi yang baru saja jadi ‘mualaf’ bergabung ke PAN.

Kabarnya Fadh ini dulu pendukung Jokowi. Tapi entah kenapa sudah hijrah mendekat ke Zulkifli Hasan. Lumayanlah dapat posisi. Fadh menulis tanggapan soal twit saya. Dia mempersoalkan kenapa saya mentwit begitu.

Sebab katanya dari reply yang dia baca ditwit itu, isinya malah mempertanyakan sisa sumbangannya ke mana? Jadi yang dimasalahkan sama Fadh adalah reply ditwit saya. Persepsi orang terhadap twit saya. Bukan isi twit saya yang netral.

Sayang logika Fadh melompat. Dia menuding saya memfitnah Adi Hidayat. Apanya yang fitnah? Orang normal juga kalau membaca twit itu biasa saja. Tapi di mata politisi tentu bisa diangap peluang. Ia butuh naik tangga agar bisa melaporkan hasil kerjanya ke bos.

Maka hari jni, berawal dari politisi itu, nama saya ramai dibicarakan. Kadrun-kadrun bersorak. Apalagi ketika tersiar kabar Ustad Adi Hidayat ingin melaporkan orang yang memfitnahnya. Adi juga menyebut channel Youtube yang sudah dihapus. Yang katanya memfitnahnya dengan keras.

Tapi mungkin karena yang bikin channel itu entah siapa namanya, akan lebih mudah jika subjeknya dilimpahkan ke saya. Maka hari ini namanya saya jadi trending topik nasional. Dan saya senyum-senyum saja. Kadrun kalau bikin trending emang jago.

Pasukan botnya banyak. Dan saya berterimakasih juga dibuat ngetop. Kalau bisa gak usah pakai kata ‘tangkap’ dong drun. Media sosial memang banyak lika-likunya. Orang-orang baperan dan berusaha Pansos gak tergolong banyaknya.

Karena tulisan Fahd itu, justru akhirnya orang mempertanyakan, iya, sebetulnya ke mana disalurkan? Jawabnya simpel: Suguhkan saja bukti transfer. Kan, beres. Gak usah pakai ngancan-ngancam laporin polisi segala.

Apalagi megancam berdasarkan twit yang simpel itu. Kenapa justru jadi baper takoper kope, sih?

“Mas, kalau ditangkep. Saya harus besuk, gak? ” ledek Abu Kumkum. Kamu ini. Ngeledek aja kerjanya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.