Kolom Edi Sembiring: DARI PABRIK ROKOK HINGGA MINUMAN TJAP BADAK

Pada tahun 1953, perusahaan Barat Trading Company milik Victor Hutabarat mendirikan pabrik rokok menggunakan mesin di Medan, Sumatera Utara, bernama NV. Barat Cigarettes Factory. Dibutuhkan biaya sejumlah 2.700.000 rupiah untuk mendirikan pabrik ini.

Dari buku Sumatera Utara yang dikeluarkan Djawatan Penerangan tahun 1953:

Sigaret jang begitu banjak diisap penduduk di Sumatera Utara hampir seluruhnja berasal dari usaha bangsa asing. Sangat menggembirakan pembangunan satu paberik rokok nasional di Medan jaitu Barat Cigaret Factory. Paberik ini memakai 1 mesin jang modern dengan kekuatan 1.200 batang setiap menit dan akan dibuka pada permulaan tahun 1953.

(Belum saya dapat merk-merk rokok apa yang dikeluarkannya. Adakah yang bisa menambahkan informasi?)

Gambar di atas adalah gedung pabrik rokok Barat yang berada di Simpang Barat, Medan.

Perusahaan ini pula yang membeli pabrik minuman bersoda Tjap Badak. Pabrik minuman ini berdiri tahun 1916, pabrik dengan nama NV. Ijs Fabriek Siantar didirikan Heinrich Surbeck—pria kelahiran Halau, Swiss—di Kota Pematang Siantar. Ijs Fabriek berarti pabrik es. Ini produksi awal mereka.

Minuman bersoda lainnya baru ada menyusul masuk ke Indonesia, seperti Coca-Cola yang diperkenalkan tahun 1927 dan baru diproduksi di Jakarta tahun 1932. Tidak diketahui persis alasan Pematang Siantar dipilih sebagai lokasi pabrik.

Hanya saja kota itu diperkirakan menghasilkan air yang bagus untuk es batu. Di sisi lain, kota itu yang dikelilingi perkebunan memiliki penduduk dengan kantong tebal, yang berarti pula berpotensi menjadi konsumen mereka pada masa itu.

Perusahaan ini awalnya adalah pabrik es. Lalu memproduksi minuman-minuman bersoda dengan berbagai rasa, mulai dari jeruk, anggur, sarsaparila, hingga air soda. Perusahaan ini juga mengelola pembangkit listrik dan hotel.

Situasi kemudian berubah ketika Heinrich Surbeck dibunuh oleh laskar rakyat seusai Proklamasi Kemerdekaan. Dua anak Surbeck sempat diungsikan ke Eropa sehingga mereka selamat.

Kemudian salah satu anak Surbeck, yaitu Lydia Rosa, kembali ke Pematang Siantar pada tahun 1947. Di kota itu Rosa menikah dengan seorang pria Belanda bernama Otto. Otto kemudian mengelola usaha ini hingga tahun 1959.

Isu nasionalisasi aset pada tahun itu menjadikan Otto menyerahkan pengelolaan NV. Ijs Fabriek Siantar kepada Elman Tanjung. Sampai tahun 1963, Otto dan Rosa masih berada di Indonesia hingga kemudian mereka keluar dari Indonesia menuju Swiss.

Sejak saat itu Tanjung mengelola sepenuhnya usaha ini. Elman Tanjung telah berkarier dari mulai menjadi pegawai rendahan pada 1938 hingga menjadi Direktur NV Ijs Fabriek Siantar.

Julianus Hutabarat berminat membeli NV. Ijs Fabriek Siantar. Hutabarat bersama saudara-saudaranya memiliki usaha dengan nama Barat Trading Company. Tanjung kemudian menyampaikan hal itu kepada Otto.

Pada tahun 1969, Hutabarat akhirnya membeli perusahaan itu. Ia membeli dengan cara mencicil, hingga pada tahun 1971 perusahaan itu benar-benar menjadi milik Hutabarat sepenuhnya. Perusahaan ini berubah nama menjadi PT. Pabrik Es Siantar. Sampai tahun 1987 Tanjung masih dipercaya mengelola perusahaan ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.