Darma Centre Gelar Gotongroyong Akbar Bersama Warga

Darmawansah Sembiring SE Prihatin Kehidupan Warga Deliserdang

imanuel 9
Foto: Imanuel Sitepu (click foto untuk ukuran besar)

IMANUEL SITEPU. LUBUKPAKAM. Darmawansah Sembiring SE selaku pembina Darma Centre mengaku prihatin saat meninjau sejumlah desa di wilayah Pemkab Deliserdang.

“Saya sangat prihatin melihat kehidupan warga yang mengalami keterbelakangan. Beberapa desa hampir tak pernah menikmati kue kemerdekaan dari pemerintah, terutama di wilayah Pemkab Deliserdang. Namun demikian, saya salut melihat masyarakatnya yang masih kental dengan budaya gotongroyong,” kata Darmawansah Sembiring SE kepada Sora Sirulo di sela-sela acara gotongroyong yang digelar Darma Centre dengan 500an warga Desa Buluhawar, Rumah Kinangkung dan Desa Salabulan (Kecamatan Sibolangit [Sabtu 11/5].

Dikatakan Darmawansah, Penduduk ketiga desa yang berada di lereng gunung, mayoritas penduduknya adalah suku Karo, menyimpan sejuta kenangan dan memiliki sejuta keindahan yang akan terus dia ingat.

“Ini menjadi magnet tersendiri untuk bisa kembali setiap saat ke kampung ini. Semua penduduknya masih menjungjung tinggi adat istiadat Karo,” katanya.

Tampai Bukit (78) selaku tokoh Masyarakat dan juga bekas pejuang kemerdekaan dari Desa Rumah Kinangkung kepada Sora Sirulo mengatakan:

“Sejak dari Jaman Penjajahan, jalan menuju desa kami tidak pernah memadai. Apa lagi 5 buah jembatan masih terbuat dari batang kelapa,” kata Ketua Legiun Veteran Kecamatan Sibolangit ini.

Bukan saja dalam bidang infrastruktur, masyarakat yang mendiami 3 desa dan 8 dusun yang dengan jumlah penduduk sekira 600 KK ini juga belum memiliki penerangan listrik dari PLN. Demikian juga dalam sektor pertanian, masyarakat  belum mengetahui bagaimana sistem pertanian modern.

“Sampai saat ini, Dinas Pertanian tidak pernah turun ke desa kami. Dengan adanya kegiatan gotongroyong yang digalakkan Darma Centre, kami sambut sangat positip. Kenapa tidak? Di saat pemerintah sekarang tidak perduli kepada masyarakat, ternyata masih ada Ormas yang tergugah hatinya seperti halnya Darma Centre ini,” sambung Ketua Legiun Veteran ini.

Di tempat terpisah, Kepala Desa Buluhawar (Robet Bukit), Kepala Desa Salabulan (Joni Bukit) dan  Kepala Desa Rumah Kinangkung (J. Tarigan) mengatakan, infrastruktur jalan adalah kebutuhan masyarakat yang sangat vital. Bila jalan bagus, itu akan mendongkrak prekonomian masyarakat.

“Namun, sampai saat ini, warga desa kami belum menikmatinya. Kami mengucapkan banyak  terimakasih kepada Darmawansah Sembiring SE atas bantuan 100 sak Semen berikut sertu secukupnya untuk membantu memperbaiki jalan desa ini,” kata mereka.

Ketua Darma Centre Kabupaten Deliserdang (Saliman) didampingi Sekjen (Rusli Ginting), Korwil (Pojel Bukit) dan  Ketua Darma Centre  Kecamatan Sibolangit (Risman Tarigan) kepada warga mengatakan, Darma Centre adalah suatu wadah menjalin kebersamaan dan mengutamakan gotongroyong dengan berbasis sosial kemasyarakatan.

“Darma Centre akan terus menjalin kebersamaan dengan masyarakat. Ini bukan yang terakhir kami mendatangi desa-desa ini. Setiap kebutuhan masyarakat akan kami usahakan memenuhinya dengan solusi,” paparnya.

3 thoughts on “Darma Centre Gelar Gotongroyong Akbar Bersama Warga

  1. Langkat Hulu telah disetujui DPRD Sumut untuk jadi Kabuaten dengan calon ibu kota Kuala, makanya Karo Jahe segera diusung kembali menjadi Kabupaten terpisah dari Deli Serdang calon ibu kota boleh di Delitua.

  2. Patut sekali bentuk kabupaten baru Karo Jahe.
    Karo Deli juga harus mendukung sepenuhnya pembentukan kabupaten ini. Seluruh Karo harus bergotong royong saling mendukung demi kemajuan dan perkembangan seluruh Karo dan budayanya. Yang lainnya juga ialah kabupaten Karo Langkat. Menyatukan satu daerah dalam satu kultur adalah usaha terbaik menyatukan Indonesia dan dunia, karena dengan pembagian itu berarti ada PENGAKUAN dan saling menghormati dan saling menghargai. Dasar ini adalah dasar keadilan dan akan menjadi dasar kedamaian dan hidup damai semua kultur dan daerahnya. Jangan ada lagi satu kultur/etnis tertentu mendominasi etnis lain atau daerah etnis lain. Ini harus dipantangkan dalam tingkat perkembangan selanjutnya. ‘Marsipature hutana be’, masing-masing berkewajiban menyelesaikan tugas rumahnya sendiri dan kalau masih ada tenaganya mengurus nasional atau dunia. Mengurus yang lain kalau diminta atau dibutuhkan, kalau tidak adalah penjajahan atau internal colonialism.

    Tetap berlaku ‘dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung’ sebagai prinsip kedamaian abadi di dunia!

    MUG

  3. Mari kita perjuangkan kembali pembentukan Kabupaten Karo jahe sehingga pembangunan dapat dimulai diwilayah ini yang 100% orang Karo. Ngapain itu orang Karo yang ada di Medan/USU yang tdk pernah memikirkan saudaranya yang ada dibawah gunung Barus dsb

Leave a Reply to L. Ginting Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.