Kolom Juara R. Ginting: DATA DAN INFORMASI — Kentut Solusi di Pilkada Karo 2020

Data adalah catatan tentang satu atau serangkaian peristiwa. Data menjadi sebuah informasi ketika dia dibagikan (disebarkan) kepada orang banyak melalui media tertentu. Pada tingkat berikutnya, informasi itu menjadi sebuah pengetahuan bagi seseorang atau sekelompok orang. Bagaimana demokrasi bisa berlangsung bila masyarakatnya tidak mengetahui persoalan dan calon pemimpinnya hanya berpura-pura tahu dan sok tahu pula?

Pertanyaan ini muncul di benak saya saat mengarahkan seorang reporter meliput harga sayur di Pasar Induk Lau Cih (Medan).

Pertanyaan yang sama kembali bergema di benak saat meminta reporter itu menelusuri mengapa harga cabe (merah, hijau, dan rawit) tiba-tiba saja anjlog di dini hari itu (Pukul 04.00 WIB).

Dari beberapa penyebabnya, terdata salah satunya karena tidak adanya pembeli dari Siantar, Kisaran, dan Rantau Prapat yang datang ke pasar-pasar Dataran Tinggi Karo (Lau Gendek, Roga, Singa, Tigapanah) untuk membeli cabe. Stok cabe jadinya membanjir ke Pasar Induk Lau Cih (Medan). Hukum pasar pun berlaku, meningkatnya ketersediaan barang menurunnya harga jual.

Ada satu poin penting di sini yang akan menjadi lebih jelas setelah menampilkan sebuah data lain yang saya dapatkan dari reporter pertanian Karo Julu sekitar setahun lalu. Di sela-sela percakapan kami, dia mengatakan kalau pasar Tebing Tinggi tidak mengambil sayur mayur dari Dataran Tinggi Karo.

Poinnya adalah bahwa selama ini penyebaran hasil-hasil pertanian Karo ke daerah Siantar, Kisaran, dan Rantau Prapat cukup jelas diketahui oleh para pedagang sayur yang berada di jaringan perdagangan sayur Dataran Tinggi Karo; a.l. Binjai, Medan, Sianta, Pekanbaru, Batam, dan Jakarta.

Judul poin ini adalah Jaringan Perdagangan Hasil-hasil Pertanian Kabupaten Karo, khusus sayur mayur dan buah-buahan (jagung lain lagi alirannya).

Ini membuat saya teringat beberapa tahun lalu ketika Tabloid SORA SIRULO (versi cetak) baru saja terbit. Saya minta Ita Apulina Tarigan menelusuri anjlognya harga cabe asal Dataran Tinggi Karo saat itu. Laporannya yang panjang dilengkapi berbagai data dari kunjungannya ke pasar-pasar tradisional dan rumah-rumah makan di Medan.

Salah satu yang menarik dari laporannya adalah bahwa musim panen cabe di Aceh, Sumbar, dan Jabar (Lembang) sangat mempengaruhi harga cabe asal Dataran Tinggi Karo di Medan. Uniknya, cabe keriting tidak banyak mendapat pengaruh dari membanjirnya cabe merah dari Aceh maupun Sumbar atau Jabar.

Soalnya, cabe merah dari Aceh adalah cabe besar yang sudah dekat kadar pedasnya dengan paprika panjang. Demikian juga cabe merah dari Sumbar dan Jabar yang tidak bisa mengimbangi pedas dan nikmatnya cabe keriting asal Karo yang banyak bergelimang mineral letusan Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung, terutama sulfur (belerang).

BERSAMBUNG

VIDEO: Suvey SiruloTV harga cabe di Pasar Induk Lau Cih (Medan). Lengkapnya silahkan klik di SINI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.