Dr. Lahargo Kembaren, SpKJ (psikiater)Ketua SMF Psikiatri RS.Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor Sebuah kisah pilu dari seorang anak yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena merasa sedih dan putus asa dengan keadaan yang harus dialaminya. Ayah ibu yang bercerai, perlakuan ‘bullying’ yang harus diterimanya di sekolah dan banyaknya harapan yang tidak tercapai membuat anak ini masuk pada fase depresi; yaitu suatu gangguan jiwa yang mempengaruhi mood seseorang.Depresi adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan terdapatnya mood yang depresif, sedih, menangis, minat/ hobi yang menurun dan mudah lelah; biasanya disebut trias depresi. Gangguan ini bisa mengenai siapa saja mulai dari anak, dewasa, sampai usia tua. Pada anak, gangguan depresi ini bisa muncul ditandai dengan beberapa gejala berikut:Perasaan sedih dan mudah tersinggung/ emosi hampir sepanjang hariTidak lagi merasa senang dengan berbagai hal yang sebelumnya menggembirakannyaTerdapat perubahan nafsu makan/ berat badan bisa bertambah atau berkurangGangguan pada pola tidurEnggan untuk berlama-lama dengan teman dan keluargaMudah lelah, energi berkurang bahkan untuk hal yang sederhanaMunculnya perasaan bersalah, tidak berdaya, dan harga diri yang rendahSulit berkonsentrasi atau membuat keputusan, ditandai juga dengan menurunnya nilai-nilai di sekolahTidak peduli dengan apa yang akan terjadi di masa depanMunculnya rasa gatal / nyeri di beberapa bagian tubuh meski tidak didapatkan gangguan apapunMunculnya pikiran / tindakan untuk mengakhiri hidupmenenangkan si anak dengan mencari solusiOrangtua yang memiliki anak dengan gejala-gejala di atas harus segera melakukan tindakan/ intervensi tertentu dengan segera melakukan komunikasi yang intens dengan anak untuk mengetahui hal-hal apa yang mengganggunya. Menenangkan si anak dengan mencari solusi terhadap permasalahannya menjadi langkah berikutnya setelah anak merasa dirinya mendapatkan perhatian dan berharga.Sesegera mungkin berkonsultasi dengan profesional kesehatan jiwa seperti psikiater, psikolog atau perawat jiwa akan sangat membantu si anak cepat mendapatkan terapi dan kemudian pulih. Setiap pikiran/ tindakan untuk mengakhiri hidup harus dianggap sebagai hal yang darurat dan penting.Melakukan pencegahan terhadap munculnya depresi akan jauh lebih bijaksana daripada mengobati setelah anak mengalami depresi. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk membantu seorang anak tercegah dari depresi antara lain adalah :Pola hidup yang sehat, seperti: makanan bergizi yang sehat, tidur yang cukup, olahraga, relasi yang positif dengan orang-orang di rumah dan sekolahBatasi aktivitas sendirian seperti menonton TV, bermain game di TV, internet, gadget dan perbanyak aktivitas outdoor yang berhubungan dengan orang lain. Ini akan memperkuat sosialisasi dan pertahanan dirinyaOrangtua memberikan contoh bagaimana penyelesaian setiap ada hal yang kurang nyaman atau masalahSekolah melakukan berbagai usaha untuk menghindari terjadinya ‘bullying’ di sekolah karena mendapatkan perlakuan ini dapat memicu munculnya depresiLakukan intervensi segera bila anak mengalami suatu ‘kehilangan’, “loss of love object” adalah awal mula munculnya depresiBiasakan adanya pemanfaatan waktu luang yang positif sehingga anak bisa rileks dan santai di tengah hiruk pikuk kesibukannya sehari-hari. Rekreasi, tamasya, acara keluarga yang menggembirakan akan memulihkan otot dan saraf nya yang tegang.Semoga anak-anak kita bisa terhindar dari depresi karena mereka adalah masa depan keluarga dan bangsa ini. Salam sehat jiwa! Post navigationFoto Kenangan: Aksi Anti Judi, Narkoba dan Pelacuran Kolom M.U. Ginting: Bob Sadino dan Media Sosial