DERITA BERTANI JAGUNG ATAS MODAL PINJAMAN — Kasus Karo Berneh

Oleh DENHAS MAHA (Karo Berneh, Sumut)

Tingginya harga nilai jual jagung menggembirakan bagi petani namun ada juga yang mengeluhkan tingginya harga jual jagung di masa tanam ini. Sebagian petani mengeluhkan, keuntungan harga jual di masa tanam tidak dapat dinikmati secara keseluruhan karena adanya pinjaman untuk pengelolaan pertanian.

Akibat tidak memiliki lahan atau modal sendiri.

Setiap bulannya petani jagung harus membayarkan bunga pinjaman sebesar 5-7%. Ketika dihitung akumulasinya dari mulai tanam hingga panen, si petani harus membayarkan 25 – 35%.

Bila dihitung mulai dari masa penanaman hingga panen, besaran biaya tanam untuk 1 sak jagung mencapai sekitar Rp. 3 juta. Kalau ada yang melakukan peminjaman uang, maka harus membayarkan nantinya sebesar Rp 4.050.000 kepada si pemberi pinjaman atau tengkulak untuk setiap saknya.

Coba bayangkan, apabila petani menanam sebanyak 3 sak dan mendapatkan hasil panen 6 ton (2 ton/ saknya) dengan nilai jual Rp. 4,5 ribu/ kg, maka petani akan memperoleh Rp 27 juta. Setelah dipotongkan bunga penanaman 3 sak bibit ( Rp 12.150.000) maka petani memperoleh keuntungan Rp 14.850.000 di masa panen.

Ketidakadaan lahan atau jaminan berupa sertifikat kepemilikan lahan atau rumah, kerap memaksa petani melakukan pinjaman dengan bunga tinggi. Bukan kepada lembaga keuangan seperti Bank atau koperasi yang bunga pinjamannya lebih rendah.

Apalagi proses yang harus dilakukan lebih mudah meminjam uang kepada tengkulak daripada bank, yang secara administrasi lebih ribet. Senada dengan ungkapan seorang petani di karo Berneh:

“Kami tidak ada modal untuk tanam. Daripada tidak menanam mending meminjam atau ngijon untuk dibayar nanti setelah panen. Tidak pedulilah dihargai berapa karena harga sudah ditetapkan dari pembeli.”

Padahal hal seperti ini adalah pengulangan belaka, bukan peristiwa baru di kalangan petani. Ini sudah berlangsung lama dan sampai saat ini, formula pemerintah belum berhasil menuntaskan permasalahan petani sebagai penjaga ketahanan pangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.