Derita Petani Jeruk Guru Benua

dustri gintingDUSTRI GINTING. MUNTE. Di saat para petani jagung di banyak desa di Karo Barat manikmati panen jagung tahun ini dengan harga yang cukup tinggi (Rp. 5 ribu/ Kg), warga Desa Guru Benua (Kecamatan Munte, Kabupaten Karo) gigit jari.

Tahun kemarin mereka agak ogah menanam jagung sehingga hanya sebagian kecil dari warga setempat yang menanam jagung dan menikmati harga jagung yang, kabarnya, sangat memuaskan para petaninya. Warga Guru Benua mengharapkan pemasukan tahun ini dari hasil panen jeruk. Tapi, waduh …. situasi dan kondisi panen buah jeruk kali ini sangat mengesalkan mereka.

Harga buah jeruk yang biasanya Rp. 8 – 11 ribu/ Kg kini jatuh ke harga Rp. 4 – 5 ribu/ jerukKg. Selain itu, wabah lalat buah (citcit) juga menghantui para petani jeruk. Lalat ini menusuk buah-buah jeruk dan membuatnya busuk dari dalam sehingga tidak lagi laku dijual.

Seperti terlihat pada foto, buah-buah jeruk yang belum sempat dipanen berjatuhan dari pohonnya karena membusuk setelah lalat buah menusuk daging buahnya dan meletakkan telur-telurnya di sana. Selain mengakibatkan kurangnya jumlah hasil panen secara kuantitas, kondisi begini membuat nilai jual dari buah-buah jeruk yang berhasil dipanen juga menurun. Soalnya, ketahanan buah jeruk dari daerah yang telah terkena wabah lalat buah ini kabarnya juga menurun.

Sebagaimana pernah diberitakan oleh Sora Sirulo, para pedagang di Pekanbaru melihat buah-buah jeruk dari daerah-daerah tertentu lebih cepat membusuk daripada buah-buah jeruk yang berasal dari daerah bebas lalat buah.

Bayangkan saja, diantara 700 KK penduduk Guru Benua, 400 KK diantaranya menanam jeruk di ladangnya. Menurut pengamatan dan perhitungan Sora Sirulo di lapangan, ada sekitar 500 Ha ladang jeruk di desa ini. Dari hasil wawancara Sora Sirulo dengan para petani dan pengamatan di ladang-ladang jeruk mereka, Sora Sirulo memperhitungkan rata-rata penurunan jumlah hasil panen sekitar 30% akibat wabah lalat buah.




“Ke mana kami harus mengabarkan derita ini? Apakah memang keadaan kami yang begini bukan dianggap derita? Entah ise pe lanai bo lit enda sirutang pusuh?” celoteh seorang ibu rumah tangga di Guru Benua sambil menggendong anaknya di punggung untuk berangkat ke ladang dengan sekalian menenteng peralatan pertanian serta menjunjung keranjang berisi makan siang di ladang nantinya.

Dapat kami tambahkan, Guru Benua secara tradisional adalah bagian dari Urung Siwah Sada Ginting yang merupakan satu diantara beberapa urung di Sibayak (landschap) Suka. Desa (kuta) ini didirkan bersama, sebagaimana umumnya kuta-kuta Karo, oleh 4 merga yang berbeda:

1. Ginting Suka (Sembuyak/ Anak Taneh)

2. Tarigan Gersang (Anak Beru Taneh)

3. Karo-karo Sinuraya (Kalimbubu Taneh)

4. Ginting Munte (Senina Taneh/ Ku Ranan)




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.