Puisi: Di Punggung Uruk Batu Gajah

elisabeth barus 8

Oleh: Elisabeth Barus (Medan)

 

 

Saat kurenung kembali

alur cerita yang tercecer di berbagai masa

walau itu telah silam

namun terasa masih kemarin

Aroma hijaunya dukut-dukut

di jalanan setapak ladangku

di punggung Uruk Batu Gajah

 

Bunga rih yang putih

berkejaran ditiup angin si lumang-lumang

riuh suara imbo di kejauhan

pertanda kerangen di sana masih perawan

 

Senja tiba diiringi suara pet-pet

yang sering juga kami sebut sue-sue

disambut malam dan senyuman si Putri Dayang

saat Purnama Raya

 

Andehh…

aku rindu saat itu

aku kangen masa itu

 

Masa saat-saat malam tiba

di ladang kami

saat bapaku ngires mbako

lalu disusun rapi di rimpi bambu

saat bila siding bapaku

berhasil menjerat sokkir atau uskir

saat bila padi kami menguning

dan kami harus muro

supaya padi kami tidak habis dimakan perik each

saat kami membuat alat musik dari batang padi

suaranya begitu nyaring

 

Aku rindukan semua itu

ingin rasanya kembali

ke masa kanak-kanak itu

yang tidak terkontaminasi zaman

yang bising oleh game onlineps, internet

 

Aku kangen

landscape juma kami yang indah

dikelilingi hutan hijau

 

Di atas ladang kami

ada paya namanya Paya Cike

di sana banyak ikan sebakut

banyak pula cikenya

bisa dibayu jadi amak dan sumpit nakan

 

Di bawah juma kami

ada aliran sungai kecil

namanya Buluh Laga

kami sering ndurung dan ndokdak sige di sana

 

Nini Karoku pintar masak sige

ah… dia juga bisa makan jebang

walau giginya sudah tidak ada

dan aroma jebangnya cetar membahana kemana-mana

 

Aku juga rindu Nini Karo dan Nini Bayakku

mereka sudah kembali ke Pardis

aku rindu semuanya

aku merasa sangat beruntung

pernah berada di masa indah itu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.