Oleh: Elisabeth Barus (Medan)
Saat kurenung kembali
alur cerita yang tercecer di berbagai masa
walau itu telah silam
namun terasa masih kemarin
Aroma hijaunya dukut-dukut
di jalanan setapak ladangku
di punggung Uruk Batu Gajah
Bunga rih yang putih
berkejaran ditiup angin si lumang-lumang
riuh suara imbo di kejauhan
pertanda kerangen di sana masih perawan
Senja tiba diiringi suara pet-pet
yang sering juga kami sebut sue-sue
disambut malam dan senyuman si Putri Dayang
saat Purnama Raya
Andehh…
aku rindu saat itu
aku kangen masa itu
Masa saat-saat malam tiba
di ladang kami
saat bapaku ngires mbako
lalu disusun rapi di rimpi bambu
saat bila siding bapaku
berhasil menjerat sokkir atau uskir
saat bila padi kami menguning
dan kami harus muro
supaya padi kami tidak habis dimakan perik each
saat kami membuat alat musik dari batang padi
suaranya begitu nyaring
Aku rindukan semua itu
ingin rasanya kembali
ke masa kanak-kanak itu
yang tidak terkontaminasi zaman
yang bising oleh game onlineps, internet
Aku kangen
landscape juma kami yang indah
dikelilingi hutan hijau
Di atas ladang kami
ada paya namanya Paya Cike
di sana banyak ikan sebakut
banyak pula cikenya
bisa dibayu jadi amak dan sumpit nakan
Di bawah juma kami
ada aliran sungai kecil
namanya Buluh Laga
kami sering ndurung dan ndokdak sige di sana
Nini Karoku pintar masak sige
ah… dia juga bisa makan jebang
walau giginya sudah tidak ada
dan aroma jebangnya cetar membahana kemana-mana
Aku juga rindu Nini Karo dan Nini Bayakku
mereka sudah kembali ke Pardis
aku rindu semuanya
aku merasa sangat beruntung
pernah berada di masa indah itu