Kolom M.U. Ginting: ETHNIC COMPETITION

galian 1
Perusakan lingkungan di daerah ulayat Suku Karo yang masuk wilayah Kabupaten Deliserdang (Foto: IMANUEL SITEPU)

M.U. Ginting“Uniknya orang-orang Karo, selalu berangkat dari nilai-nilai budaya sukunya dalam memandang dan menanggapi geliat berbangsa dan bernegara,” papar anggota JMS ini, sebagaimana dikutip dari berita Sora Sirulo yang bertajuk “Ralin Sinulingga Terpilih Sebagai Ketua PDIP Langkat“. Betul memang pernyataan anggota JMS itu. Karena itu, dulu kita sering dituduh sukuisme, primordial, separatis, menentang persatuan, dsb.

Tuduhan-tuduhan itu datang dari suku-suku pesaing, dan juga dari diktator Soeharto ketika berkuasa dengan Jawanisasi dan Islamisasinya. Tanah-tanah ulayat penduduk asli daerah banyak dirampok dan pindah tangan ke pendatang dengan modal ‘satu nusa satu bangsa’ dan dengan ‘persatuan dan kesatuan nasional’. Penduduk asli minoritas yang rendah mobilisasi etnisnya kalah total dan tak ada yang memihak mereka.

Dengan senjata ‘satu nusa satu bangsa’ dan ‘SARA’, tanah-tanah penduduk asli hilang dan kekuasaan pindah ke tangan pendatang. Di Sumut terjadi di Dairi Pakpak dan Simalungun. Di Kalbar dan Kalteng, juga di daerah Poso.

[one_fourth]tuduhan-tuduhan itu adalah unsur-unsur utama dari ethnic competition[/one_fourth]

Tuduhan-tuduhan itu sekarang kita pelajari secara mendalam dan ilmiah. Kita membongkar dan memberi pencerahan terus menerus bahwa tuduhan-tuduhan itu adalah unsur-unsur utama dari ethnic competition, soal mana sudah juga ditulis banyak oleh ahli-ahli antropolog/sosial dunia. Kita mengungkapkan itu dalam KBB (Karo Bukan Batak) dan siaran-siaran lainnya demi pencerahan untuk semua, orang Karo maupun di luar Karo.

Taun 1948, Wakil Presiden Hatta bilang Suku Karo adalah pahlawan. Bukti bahwa jiwa kebangsaan dan nasionalis orang Karo ada di puncak dalam melawan penjajahan demi kemerdekaan RI. Beberapa pejuang Karo sudah diresmikan jadi Pahlawan Nasional. Tetapi, jumlah pahlawan pejuang Karo sebenarnya sangat banyak, karena semua juga ikut berjuang dan berkorban tanpa pamrih, seperti penilaian Wakil Presiden Hatta itu.

[one_fourth]ditangkap dan dibuang oleh Belanda ke pengasingan[/one_fourth]

Dalam perjuangannya melawan perampokan tanah di Deli/ Langkat, semua anggota dewasa keluarga Surbakti Badiuzzaman ikut aktif melawan penjajahan Belanda di Deli. Banyak ditangkap dan dibuang oleh Belanda ke pengasingan di luar Sumatra. Jadi, orang Karo bukan separatis atau anti berbangsa.

Begitu juga sekarang. Kalau kita memberi pencerahan yang luas soal ethnic competition, tidaklah berarti kita menentang persatuan. Menjelaskan kontradiksi dan pertentangan dalam ethnic competition adalah penting sekarang ini, karena persoalah ethnic competition adalah masalah fatal di Era Globalisasi.


[one_fourth]Sekarang, daerah itu dikuasai pendatang dan dirusak lingkungannya[/one_fourth]

Ini terjadi di semua negeri ex-kolonial. Penguasa kolonial meninggalkan luka-luka yang sangat mendalam bagi etnis-etnis yang tidak populer bagi orang Belanda. Daerah-daerahnya ditentukan batasnya menurut kepentingan kolonial dan orang asli diam saja tak berkuasa, seperti daerah orang Karo di Deliserdang dipisahkan dari Tanah Karo. Sekarang, daerah itu dikuasai pendatang dan dirusak lingkungannya. Pendatang dan etnis asli berada dalam situasi bersaing dalam ethnic competition. Tak bisa dielakkan.

Pendatang yang berkuasa di Deliserdang yang merupakan daerah ulayat orang Karo berusaha ketat memegang kekuasaan menyingkirkan penduduk asli orang Karo. Ini bukan rahasia termasuk lingkungannya dirusak terus menerus. Perjuangan etnis Karo di sini untuk mempertahanka kultur dan tanah ulayatnya.

Culture war can be deadly serious,” kata Prof. Frank Salter dalam ‘the war against human nature’.

Dia tulis: “Minorities, because they are more mobilised, may often have cultural influence far out of proportion to their numbers, and their influence is magnified if they have elite status.”

Di Deliserdang, mereka bukan hanya punya status tetapi juga berkuasa. Orang asli Karo harus mempelajari ini semua dan berjuang, demi keutuhan nation ini. Dulu orang Karo berjuang menentang Belanda, sekarang menentang ketidakadilan dan perusakan lingkungan atas daerah ulayatnya sendiri.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.