Oleh: NISA ALWIS
Di bioskop akan segera tayang film berjudul: PESANTREN. Mba Lola Amaria produsernya, mas Shalahuddin Siregar sutradaranya. Overall, film ini dalam dua jam akan membuyarkan lamunan kamu. Pesantren dan pernik-pernik romantikanya.
Bukan fiksi, tapi sangat epik ketika ditangkap mata kamera.
Setting pesantren Kebon Jambu Cirebon punya nilai tersendiri. Sebab pengasuhnya adalah seorang perempuan, dengan santri putra dan putri yang jumlahnya kini sekitar dua ribuan.
Ini unik, sekaligus menyadarkan, tafsir “arrijalu qowwamuna alannisa” yang selama ini banyak dipahami sepotong itu saja. Mestinya sampai “bima faddholallahu ba’dhukum ‘ala b’adhin”. Begitu antara lain pada sebuah adegan belajar.
Profile pesantren ini, sebetulnya juga gambaran ponpes-ponpes lain pada umumnya. Kurikulum, serta sistem pendidikan yang dijalankan tidak mengakomodasi fanatisme, apalagi terorisme. Meski dalam keterbatasan, santri-santri memiliki kesempatan berkesenian, olahraga, serta aktifitas kreatif lainnya.
Muhadoroh malah diselingi stand up comedy. Tidak satu pun adegan santri “takbiiir, takbiiir…” Pekikan yang bukan mengagumkan tapi lebih mengagetkan. Terkesan dengan ustadzah yang jago melatih angklung. Senang sekali juga melihat bagaimana mengaji kitab dan diskusi agama menjunjung tinggi akal sehat dan nilai-nilai universal umat manusia.
Dalam hal potret kesahajaan memang ini dilema; sebuah pilihan, tempaan, sekaligus ganjalan. Dalam kepolosan santri-santri, pada derap langkahnya yang hati-hati, ada begitu banyak harapan.
But dear, kalian sekian tahun hanya istirahat di kamar berjubel itu. Menggeletak, tanpa tempat tidur, alas kasur, bahkan tanpa tikar… Sebagai pengelola pesantren saya pun menghela nafas panjang.
This is real! Not an acting. Sungguh berharap kemampuan meningkat, kualitas pesantren di Indonesia semakin bagus dan outputnya kuat di segala bidang.
Bravo mb Lola, mas Udin!
Filmnya sangat bermanfaat dan keren.