SiruloTV: GAGAL PANEN JAGUNG DI KARO BERNEH — Akibat Curah Hujan Rendah

Laporan DENHAS MAHA Dari Lau Baleng

Rendahnya curah hujan di masa awal tanam tahun ini membuat cemas sebagian besar warga Karo Berneh. Ribuan hektar lahan pertanian jagung yang ada bakal gagal panen dan sebagian lagi sudah dipastikan tidak mendapatkan hasil nantinya.

Pantauan SORA SIRULO di lapangan, banyak petani Karo Berneh mengeluhkan pertumbuhan tanaman jagungnya.

Ini khususnya terjadi di kalangan petani jagung Deleng Abu-abu, Desa Perbulan (Kecamatan Laubaleng, Kabupaten Karo). Minimnya curah hujan sebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal.

Pertumbuhannya tidak merata. Daun menguning. Bahkan yang sudah masanya berbuah, belum tampak mengeluarkan buah.

B. Pinem, petani asal Desa Perbulan menuturkan, Deleng Abu-abu (luas lahan sekitar 800 Ha yang sebagian besarnya ditanami jagung) tahun ini bakal banyak yang gagal panen.

“Sebab utama gagal panen adalah curah hujan yang rendah. Belum lagi akibat sulitnya mendapatkan pupuk subsidi dan tingginya nilai beli pupuk non subsidi,” tuturnya kepada SORA SIRULO di Perbulan [Selasa 7/6].

Pinem berharap, pemerintah dalam hal ini Pemkab Karo, kiranya memberikan sedikit perhatian terhadap petani. Dia meminta tolong penyaluran pupuk bersubsidi dilancarkan dan bahkan diberikan bantuan bibit apabila diperbolehkan.

“Di Musim Tanam awal tahun ini banyak petani yang merugi besar,” ujarnya.

Di lain tempat, Pitra Sembiring, petani asal Desa Martelu (Kecamatan Laubaleng) menuturkan, di Musim Tanam ini bakal mengalami banyak kerugian.

, “Tanaman jagungku sudah berumur 2 bulan. Sudah saatnya berbuah, tapi hujan yang tidak kunjung turun bakal sebabkan tanaman gagal panen dan rugi,” ucapnya.

Berbanding terbalik dengan petani yang menanam di areal perbukitan, petani jagung yang menanam di areal persawahan dan di Paya Lahlah (rawa-rawa) sedikit lebih lega.

Lahan jagung mereka bisa dialiri oleh air. Pada Musim Tanam kemarin ada curah hujan yang lumayan sehingga pertumbuhan tanaman jagung bisa disesuaikan.

Iwan Sembiring, petani yang menanam jagung di areal persawahan Paya Lahlah menyebutkan, di areal ini lumayan bagua pertumbuhan jagungnya.

“Tanahnya masih lembab. Sebaliknya, jagung yang saya tanam di perbukitan sudah pasti merugi karena batangnya saja tidak bertambah tinggi. Jika saya tau akan begini jadinya, lebih baik saya hanya menanam di areal Paya Lahlah saja. Areal perbukitan diliburkan terlebih dahulu,” sebut Sembiring.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.