Ilmiah Populer: CERMATI GEJALA KEBANGKITAN PKI — Moral Bejat!

Oleh: M.U. Ginting (Swedia)

Peringatan ini masih beredar di tahun 2019. Wow, . . . sudah lebih dari setengah abad PKI dihancurkan dan orang-orangnya dikubur hidup-hidup atau dibantai di depan keluarga dan anak-anaknya. Bicara soal kebejatan moral dari penggagas pecah belah ini (NWO) atau “The Global Power Structure” istilah yang dipakai oleh Trump dalam pidatonya yang terkenal di West Palm Beaca, Florida 13 Oktober 2016.

Trump bilang: “The depths of their immorality is absolutely unlimited.”

Sudah tentu bukan orang-orang Indonesia yang menjadi sumber kebejatan moral yang tidak terbatas itu dalam peristiwa G30S PKI. Orang-orang Indonesia diperintahkan oleh militer (di bawah ancaman senjata tentunya, hasutan gerombolan NWO di Indonesia)., Orang kita diperlakukan seperti kanak-kanak.

Sebagai pemburu tikus-tikus (orang komunis atau dicap komunis) disuruh siksa, disembelih atau dikubur hidup-hidup. Situasi ini kalau sekarang disebut proses psyops, bagian penting dari brain washing dan mind control.

Informasi dan pengetahuan publik/ rakyat ketika itu adalah 0 (nol besar) dibandingkan dengan informasi dan pengetahuan elit NWO yang sudah ratusan tahun duluan dalam soal literasi, informasi dan pengetahuan yang ada kaitannya dengan kontradiksi dunia atau pecah belah dunia.

Elit NWO ini duluan mengetahui seluk beluk persoalan ini karena merekalah yang menciptakan semua perpecahan dan kontradiksi besar seperti Barat lawan Timur misalnya, dan semua perang termasuk 2 perang dunia.

Begitu juga informasi dan pengetahuan tentang NWO-greed atau keserakahan elit ini dengan duitnya yang tak terbatas bisa mengendalikan dunia. Bikin perpecahan dan kekacauan, kemudian create war, create money. Usaha gelap ini semua ditutupi rapat atau diputar balik dengan sempurna oleh MSM mereka yang tidak tertandingi atau Trump bilang “their media resources are unmatched” (2016).

Tetapi, setelah 2 tahun lebih kekuasaan nasionalist Trump, di era internet dengan media independen dan media sosial yang semakin meluas, MSM ini atau Main Stream Media seperti ABC, NBC,CNN, NYT, WoPo, NPR dll sekarang sedang dalam perjalanan menuju total kebangkrutannya.

Alat utama pendukung moral bejat tak terbatas ini mulai mundur teratur, tak punya kekuatan lagi seperti sebelum internet dan sebelum Trump. Informasi dan pengetahuan segelintir elit NWO sudah tidak bisa melawan dan menandingi informasi dan pengetahuan ratusan juta publik dunia dan AS.  

Karena itu peringatan atau anjuran kewaspadaan akan kebangkitan kembali PKI ini, di era sekarang (2019) bisa dikatakan sangat menarik. Tetapi juga bisa jadi tertawaan, karena penyebab utama beredarnya dan dikaguminya komunisme tadinya hanya karena ignorant publik.

Menarik karena akan jadi pelajaran dan pengalaman yang bermanfaat bagi publik dunia, mengingat informasi dan pengetahuan sudah bisa dimiliki dan dikuasai oleh semua.  

Panglima Gatot Punya Ulah

Salah satu pernyataan ‘kewaspadaan atas PKI’ ini ialah Nobar film G30S PKI yang dipelopori dan dianjurkan oleh panglima TNI Gatot, September 2017. Kata Gatot, ini merupakan penjelasan kepada generasi muda supaya hal seperti itu tidak terulang lagi.

Wow . . . dengan menonton film yang menjijikkan itu (juga tidak cocok untuk anak-anak) menurut Gatot akan menjaga supaya di masa sekarang peristiwa itu tidak terulang lagi. Yang mana yang tidak perlu terulang lagi? Pembunuhan 7 orang di Lubang Buaya atau pembantaian 3 juta orang di luar Lubang Buaya seluruh Indonesia?

Sedikit kontraversiel. Atau ada yang mau disembunyikan oleh Gatot karena pembantaian 3 juta orang yang terjadi langsung setelah Lubang Buaya dan dilakukan oleh militer? Sama sekali tidak disebutkan oleh Gatot. Lupa?

Gatot mau ‘mendidik’ generasi muda. Bagaimana kalau generasi muda ini bertanya, siapa yang bantai 3 juta orang itu, Pak? Apakah ini juga termasuk ‘penghianatan G30S/ PKI’?

Korban 3 juta adalah pengakuan komandan operasi pemburuan PKI Sarwo Edhie di DPR 1989 (Wikipedia).

Tentu saja Gatot akan kebingungan untuk menjawab pertanyaan generasi muda ini he he he . . . Gatot tidak siap atau tidak tahu sama sekali alias ‘ignorant’ dalam istilah modern populer sekarang.

Dalam soal ini, tentu saja bukan hanya Gatot yang ignorant. Bisa separuh dari penduduk Indonesia, atau bahkan mayoritas penduduk dunia masih ignorant, terutama sekali di AS sebelum Trump!

Wow, luar biasa! Kok bisa begitu? Dan itulah juga yang menjadi sebab utama mengapa masih ada anjuran “Cermati gejala kebangkitan PKI” di Indonesia 2019!

Trump Sebagai Malaikat

Ignorant publik dunia, katakanlah sejak Manifesto Komunis Marx 1848. Sudah 170 tahun lebih dimanfaatkan oleh klik pencipta ignorant publik ini untuk menutupi atau memutar balik semua kejadian penting yang menentukan nasib manusia dalam rangka menjalankan agenda mereka.

Salah satu yang sangat banyak mempengaruhi nasib dunia ialah lahirnya komunisme dan penyebarannya ke seluruh dunia. Dan juga, bahwa komunisme itu adalah hoax, siapa yang tahu, dan sampai detik ini berapa orang yang tahu?

Lihat artikel menarik dan rekomendasi untuk dibaca ‘the communist hoax’ di SINI.

Trump sepertinya sudah membaca dan mengerti hoax komunis ini dan bikin kesimpulan jitu tentang persoalan yang dihadapi umat manusia abad ini, yaitu persoalan “The Gobal Power Structure”. Dia bikin ulasan jitu dan mendalam dalam pidatonya yang terkenal di West Palm Beach, Florida 13 Oktober 2016, menjelang Pilpres 8 November. Antara lain Trump bilang:

“The central base of world political power is right here in America, and it is our corrupt political establishment that is the greatest power behind the efforts at radical globalization and the disenfranchisement of working people. Their financial resources are virtually unlimited, their political resources are unlimited, their media resources are unmatched, and most importantly, the depths of their immorality is absolutely unlimited.”

Kalau kita kaitkan ucapan Trump di atas dengan kata-kata Prof. Chossudovsky bahwa “Terrorism made ini USA, and the war against terrorism is a fabrication, a big lie” (ini diucapkan oleh Chossudovsky ketika era Obama), kesesuaiannya bukan hanya tidak meragukan sama sekali, tetapi juga sangat menakjubkan.

Bahwa seorang akademis, seorang politikus dan seorang penulis briliant soal hoax komunisme bisa bertemu harmonis di dalam satu arena perjuangan nyata umat manusia menuju pembebasan dan pencerahan yang tidak pernah terpikirkan selama ratusan tahun, adalah pertemuan luar biasa.

Kemalaikatan Trump ialah bahwa dia sebagai politikus adalah seorang PELAKSANA praktis dari semua teori dan tulisan yang indah itu dalam praktek sehari-hari sebagai presiden AS. Trump sudah banyak menolong rakyat AS dari bahaya penumpukan ignorance dikalangan publik dan rakyat AS dan juga dunia.

Dengan terus mengikuti perkembangan pemikiran/tulisan akademisi-akademisi dunia dan praktek langsung kepresidenan Trump sebagai pemimpin nasionalis AS dalam perjuangannya melawan global power itu, agaknya fenomena mewaspadai kebangkitan PKI atau komunisme sudah obsolete (usang). Atau cukup baca saja the communist hoax itu!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.