Generasi Muda Karo Yang Berkualitas

Oleh: Steven Amor Tarigan (Medan)

steven amor 3.Setiap zaman, pola pikir dan pergerakan setiap individu atau kelompok berbeda-beda menurut kebutuhannya masing-masing pada masanya. Khususnya pergerakan Mahasiswa pasca peralihan kekuasaan Orde Baru menuju Reformasi, pergerakan secara kelompok gencar terlihat. Ide-gagasan berpadu untuk melawan rezim yang otoriter.

Berlalunya waktu, kini di Era Reformasi militansi dari kaum perubahan kian tergerus dengan kesibukan masing-masing. Di tengah menjamurnya organisasi atau lembaga swadaya di tengah masyarakat, organisasi dari kelompok etnis Karo tampaknya kian meredup. Khususnya Mahasiswa Karo di Sumatera Utara, seperti hidup segan mati tak mau.

Image negatif yang melekat di mata masyarakat menyatakan perkumpulan mahasiswa Karo hanya sebatas hedon atau hura-hura, berkumpul ketika ada gendang-gendang. Namun sebenarnya, di balik itu semua, di dalam perkumpulan mahasiswa Karo banyak potensi yang dapat dikembangkan. Hanya saja, kesempatan itu tidak dimanfaatkan dengan maksimal atau dibiarkan berkembang atau hilang dengan sendirinya.

Kaderisasi yang kurang menjadi salah satu faktor penghambat dalam perkembangannya. Dibutuhkan jalinan komunikasi yang apik antara kelompok mahasiswa, kelompok pemuda, dan kelompok orangtua. Dengan terciptanya sinergitas tersebut, akan terbina hubungan timbal-balik dalam landasan ideologi, landasan konseptual, dan landasan kepeloporan serta terciptanya kaderisasi yang matang dan berkualitas.

Kelemahan organisasi yang berbasis kedaerahan di kalangan masyarakat Karo perlu dibenahi. Ini menyebabkan rendahnya eksistensi dan loyalitas anggota terhadap organisasi, rendahnya militansi anggota dan pengurus serta terjadinya krisis kader yang berakibat terancamnya regenerasi, kejenuhan berorganisasi, rendahnya kemampuan dalam memanejemen permasalahan yang ada. Oleh karena itu dibutuhkan konsolidasi organisasi dengan peningkatan kualitas berorganisasi khususnya bagi mahasiswa Karo, membangkitkan motivasi dan minat berorganisasi, meningkatkan kemampuan memanejemen konflik baik permasalahan pribadi maupun permasalahan organisasi, mengembalikan harmonisasi yang telah hilang di kelompok-kelompok, mempersiapakan regenerasi.

Agar sasaran yang akan dicapai dalam berorganisasi dengan terciptanya kader-kader yang berkualitas dalam berorganisasi sebagai modal dasar di masa depan, menghasilkan kader-kader yang mempunyai minat dan motivasi berorganisasi, kedewasaan dalam memanajemen konflik, membangun kembali harmonisasi di dalam elemen civitas gerakan, tersedianya sumber daya yang siap melanjutkan roda kepengurusan organisasi dengan menciptakan jiwa kepemimpinan yang dapat menyesuaikan diri dalam sikap dan kinerja, kepercayaan diri dalam kepemimpinan dalam interaksi sosial ke dalam dan keluar kelompok, membentuk pencapaian diri dan manajemen yang baik dari jiwa kepemimpinan (keinginan, kemampuan dan hubungan kerjasama antar golongan).

Sudah saatnya kita duduk bersama, berpikir dan berunding dengan mengeyampingkan kepentingan pribadi demi kemajuan kita bersama untuk generasi penerus yang berkualitas dari Taneh Karo Simalem. Jika tidak dibenahi sejak dini, kelak tidak satupun diantara kita yang bisa tampil di kancah nasional. Contoh nyata di dalam pemerintahan daerah, bisa dihitung jari berapa jumlah orang Karo yang dapat berperan dalam roda pemerintahan. Seni budaya yang sudah mulai langka seperti ndikar, tarian klasik lainnya, system peradatan, cara ertutur, dll.

Sifat individualis orang Karo sudah saatnya dirubah mengingat zaman yang terus berkembang. Dibutuhkan kelompok yang memiliki eksistensi dan loyalitas untuk saling menopang dalam menghadapi kompetisi sehat di lapangan. Semoga pencerahan dan kepedulian kita kepada generasi penerus dapat mengetuk hati kita, agar menciptakan cita-cita bersama di Taneh Karo Simalem.

Sikuning-kuningen kita radu megersing, siageng-agengen kita radu mbiring.

Mejuah-juah

Karo Ersada Karo Ersinalsal

2 thoughts on “Generasi Muda Karo Yang Berkualitas

  1. Ia, saya juga ikut sedih perihal pms dulu, kenapa di diamkan saja, apa yg di takuti, saya lihat org dayak di kalimantan, ketika mereka diam, mereka di obrak abrik, tapi ketika mereka melawan dan menang, hasilnya tampuk kekuasaan di kalbar hampir seluruhnya di kuasai dayak, apakah kita org karo demikian, harus nya seperth itu, saya ikuti perkembangan pms kmaren, jujur saya pilu melihat nya, dimana jiwa karo kita

  2. Analisa bagus dan kritik tajam dari SAT (Steven Amor Tarigan) soal organisasi etnis Karo dan organisasi mahasiswanya. “Khususnya Mahasiswa Karo di Sumatera Utara, seperti hidup segan mati tak mau.”.

    STA bukan hanya melontarkan kritikny tetapi juga memberikan analisa beberapa jalan keluar yang sangat briliant, seperti ‘kaderisasi’, menciptakan kader militan dalam perjuangan, dengan mempererat hubungan/kerja sama antara semua organisasi, termasuk dengan orang-orang tua. Tanpa saling hubungan ini memang susah untuk mengadakan sikap solidaritas dan kekompakan dalam organisasi-organisasi Karo.

    Saya masih ingat pada era antara th 50-60 kalau ada persoalan orang Karo di Medan lantas berduyun orang Karo datang dari jurusan Tanah Karo dengan bus-busa angkot PMG atau Masperada ikut ‘menghantam musuh’. Disini terlihat solidaritas dan kekompakan dan juga kebanggaan. Ini sangat berbeda ketika demo PMS di Medan belakangan, tak ada kekompakan bahkan dikalangan PMS sendiri, ada anggotanya dipukuli, yang lain lari, dan sampai sekarang juga masih ‘didiamkan’ atau dilupana begitu saja, padahal jelas Karo dipihak yang adil dan benar. Sangat menyedihkan dan memalukan. Dan mungkinkah orang Karo lupa?

    “The history of mankind is his character”, kata van Goethe. Karakter-karakter ini tadi telah menatat sejarah negatif organisasi Karo terutama pemudanya PMS.

    Ketika pemilihan parlamen UE barusan selesai, terlihat gelombang baru Eropah atau dunia, atau seperti ahli-ahli melukiskan: ‘Ada sesuatu fenomena baru yang akan mengubah Eropah’. Ciri perubahan itu ialah adanya kemenangan besar partai-partai ‘kanan’ nasionalis di banyak negeri maju eropah barat. Partai-partai ‘kanan’ ini dengan tegas ingin mempertahakan kultur nasional negerinya dan menentang multikulturalisme yang dipropagandakan oleh EU.

    Di Indonesia diwakili oleh KBB dan gerakan pemekaran daerah menurut garis kultural. Presiden Gus Dur pertama menggerakkan ini di negeri kita.

    Bahwa sejarah kemanusiaan di dunia adalah sejarah ide-ide baru yang berkembang, terjadi sekarang di Eropah dan di Indonesia. Ide-ide ini dalam proses melalui gelombang pasang surut, dan sekarang sedang naik. Ide-ide kekompakan Karo ada masa surutnya, tetap ini juga akan mendorong pasang naik dengan lahirnya kader-kader baru militan dikalangan Karo terutama dibarisan anak-anak mudanya dan mahasiswanya.

    Ide individualis seperti ‘single fighter’ sekarang harus digantikan denga ide kekompakan perjuangan bersama. Perjuangan Karo adalah perjuangan untuk keadilan dan kejujuran. Karena itu tak ada alasan untuk sungkan atau malu memperjuangkannya, dan membentuk organisasi-organisasi yang kompak dan solidaritas tinggi dalam rangka tujuan itu.

    KBB adalah perjuangan keadilan untuk semua etnis-etnis Indonesia. KBB adalah win-win solution bagi semua etnis dengan dasar filsafat hidupnya ‘sikuningen radu megersing, siagengen radu mbiring’.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.