Kolom Antonius Bangun: GRACY ANJINGKU SAYANG, ANJINGKU MALANG

Antonius GintingTergeletak lemas di bawah mobil, di tepi jalan, di dekat rumah Pieter, seekor anjing putih, kurus, terlihat sedang meregang nyawa. Kasihan melihatnya, Pieter mendekati, menyapa dan coba mengelusnya. Anjing putih berusaha menggigit karena dia mengira Pieter mau mengganggunya, namun si anjing tidak mampu menggerakkan badannya, apalagi mau menyerang. Pieter mengelus kepalanya dengan lembut. Mengelus dan mengelus lagi sambil terus menyapa, mengucapkan kata-kata kasih, sampai terkesan si anjing putih menjadi jinak.

Setelah keduanya ada rasa saling percaya, anjing merasa dia tidak diganggu bahkan ditolong, dia mulai berserah, sementara itu Pieter merasa dia sudah diterima dan dipercaya oleh si anjing putih sebagai teman. Kemudian Pieter mengangkat dan menggendong anjing tersebut, membawanya ke rumahnya.

Setelah dibersihkan dan dimandikan, Pieter dan Laura mencoba memberi makan tapi si anjing putih tidak mampu memakan makanannya. Dia tidak punya kekuatan dan tidak bisa makan sendiri. Mereka membeli dot dan mengisi susu lalu menyusui anjing.

Sorenya, setelah si anjing agak segar, Mereka membawanya ke dokter untuk diperiksa kesehatannya dan diobati. Dokter memeriksa dan hanya memberi vaksin karena ternyata si anjing putih tidak sakit, tetapi sengsara karena tidak makan berhari-hari.

Demikianlah hari demi hari mereka merawat anjing putih, memberi susu dan terus Gracy 2mengajarinya makan dan minum sendiri, sampai akhirnya dia bisa. Kekuatan si anjing putih pun terus bertambah. Di rumahnya, mereka masih memiliki dua ekor anjing lain (Bela dan Ichigo) yang mereka rawat dan pelihara dengah penuh kasih. Mereka memberi nama anjing putih, Gracy, sebuah anugerah, yang diberikan Tuhan kepada keluarga. Pieter, Laura dan Lexie sayang sama Gracy.

Sekitar seminggu, setelah lebih sehat, mereka membawa Gracy ke rumah kami untuk diteruskan perawatan dan pemeliharaanya. Di rumah kami, Gracy dibuatkan tempat tidur, selimut dan tempat makan minumnya. Paling tidak dua kali sehari Mery memberi makan dan minum. Makanan Gracy dibeli dari toko khusus makanan hewan piaraan dengan harga cukup mahal. Gracy makin hari makin sehat dan bertenaga tapi dia masih sungkan dan takut melihat kami. Setiap kali Mery memberi makan, dia berusaha menjauh. Dia memanggil-manggil namanya dan mengajak dia makan. Gracy tetap tidak datang. Setelah ditinggal barulah dia datang memakan makanannya. Begitulah perilakunya. Mungkin dia masih trauma terhadap manusia.




Berhari-hari dengan sabar Mery melayaninya dengan kasih sayang sehingga ada perubahan sedikit demi sedikit. Pelan-pelan dia mulai mendekat meringkik-ringkik sambil mengibas-ngibaskan ekornya. Mery membelai kepala dan badannya sambil menyebut-nyebut namanya. Gracy menjadi mengenal, dekat dan lebih percaya kepada Mery dan kami semua. Setelah bersama lebih lima bulan, Gracy sudah gemuk dan bersahabat dengan kami semua. Sekarang setiap kami pulang dari berpergian, dia menyambut dengan meringkik-ringkik dan mengibas-ngibaskan ekornya, kemudian mendekat dan menjilat-jilat. Kami pun mengelus-elus kepalanya. Kami semua sayang Gracy dan dia pun sayang kepada kami.

Siang ini kami mendapati Gracy tidur di bawah mobil dekat ban, terlihat dia sangat lelap dan pulas. Kami membiarkannya, tidak mengusik dan membangunkannya. Setelah lama dia tidak juga masuk ke dalam rumah kami mencarinya ke luar dan melihat ke bawah mobil kalau-kalau dia masih di sana. Gracy masih di sana tapi bukan tidur, dia sudah mati. Kami menggoncang-goncang tubuhnya tapi tidak ada respon. Benar, Gracy sudah mati tidur dengan lelap. Tidak ada tanda-tanda dia menderita karena tidak ada luka di badannya dan dia mati dengan posisi tidur istirahat tenang. Tidur menyamping dengan keempat kakinya ke kiri.

Kami sedih dan menangis. Gracy sayang, malang benar nasibmu. Engkau kami temukan sekarat di bawah mobil, sekarang engkau mati juga di bawah mobil. Bedanya, engkau mati dalam tidur lelap, tidak menderita. Engkau pun sudah pernah mendapat kasih sayang dari manusia. Mereka tidak semua jahat, membiarkan engkau menderita. Kemudian kami menguburkannya. Dia menyusul abang kami yang baru dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa.

Jakarta, Senin 29 Agustus 2016.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.