HARGA REALISTIS? — Seputar Melambungnya Harga Cabe

Oleh JUARA R. GINTING

Penyebab utama melambungnya harga cabe (terutama merah keriting, caplak dan jengki) adalah sederhana, yaitu minimnya pasokan barang ke pasar. Adapun minimnya pasokan barang disebabkan, pertama, telah berlalunya Musim Panen di banyak sentra cabe dan, ke dua, ada gagal panen akibat cuaca buruk di beberapa tempat.

Khusus di Medan, ada satu tambahan penyebab naiknya harga cabe, yaitu adanya pengiriman cabe dari Medan ke Riau dan Batam.

Lama kenaikan harga cabe ini telah berlangsung (naik terus secara perlahan), tapi media-media konvensional adem-adem saja. Tidak ada berita apa-apa. Baru sejak seminggu belakangan ini, ketika stasiun-stasiun televisi nasional meliput kenaikan harga cabe, terjadi gonjang ganjing.

Kita di dapur redaksi sebenarnya sudah lama membicarakan persoalan ini. Satu hal yang kami pertanyakan, mengapa Pemerintah belum menunjukan kekhawatiran bisa terjadinya inflasi. Soalnya, bukan hanya cabe merah keriting yang mengalami kenaikan harga tinggi, tapi juga bawang merah.

Untuk diketahui, 3 penyebab terbesar inflasi di Indonesia adalah kenaikan harga cabe merah, bawang merah, dan telur ayam.

Kami membandingkannya dengan situasi menjelang peralihan tahun lalu. Pemerintah Pusat melalui Pemprovsu dan Pemko Medan sudah kasak kusuk mengkhawatirkan kenaikan angka inflasi. Kami dapat mengerti saat itu ada 2 hal sensitif, yaitu:

1. Angka inflasi bulan terakhir akan menentukan perhitungan tingkat inflasi tahunan. Terkait dengan Pandemi sekarang ini, Pemerintah RI tentu saja ingin menunjukan bagaimana mereka begitu piawai mengawal Tanah Air dengan tingkat inflasi minimal.

2. Saat itu, ada ancaman demo buruh. Kenaikan angka inflasi akan menjadi issue empuk bagi mereka untuk lebih menggaungkan tuntutan kenaikan upah terendah perbulan.

Kebetulan pula menjelang Hari Natal dan Tahun Baru sehingga pemerintah-pemerintah daerah punya alasan mengadakan pasar murah dalam rangka menurunkan tingkat inflasi.

Kali ini, kami tidak berani mengulas bahaya melambungnya harga cabe merah keriting dan bawang merah terhadap inflasi. Akhir tahun lalu, kami mengulasnya dan ….. apa yang kami terima? Para petani di Pasar Roga (Berastagi) mengejek-ejek kami seolah-olah mereka sudah paham apa itu inflasi dan merasa lebih tahu dari kami tentang itu.

Padahal kami hanya menyampaikan berita bagaimana Pemerintah RI sudah mengkhawatirkan terjadinya inflasi. Para petani melihat inflasi itu tidak akan merugikan mereka sama sekali. Terpenting harga hasil-hasil pertanian terus naik setinggi-tingginya.

Demikian juga kali ini. Seminggu lalu saya sebenarnya sudah menulis di dinding fb saya ini mengenai “apa sebab dan dampak inflasi” (tulisan itu akan dimuat terpisah setelah tulisan ini). Tapi, kami tidak mempublikasikannya ke SORA SIRULO karena khawatir akan diejek-ejek lagi seolah-olah kita adalah orang paling bodoh sedunia dan orang paling tidak peduli terhadap petani.

Pakar pasar hasil pertanian kita, Elisabeth Barus, sudah mengingatkan kepada saya kalau tingginya harga cabe merah keriting ini tidak realistis dan bisa mengancam jatuhnya harga jenis-jenis sayuran lain asal Dataran Tinggi Karo.

Dia menjelaskan problematika penjual sayur pasar-pasar kecil seperti halnya Pasar Lima Padangbulan (Medan). Mereka harus menambah modal pembelian barang karena melambungnya harga cabe merah keriting dan cabe caplak.

Bila mereka tidak menyediakan cabe di lapak mereka, orang-orang tidak datang membeli sayuran lain ke lapak mereka. Bila mereka menyediakan cabe, berarti mereka mengurangi pembelian sayuran jenis lain. Itu artinya, kata Elisabeth, mengurangi pembelian terhadap jenis-jenis sayuran lain. Karena mereka berjualan dengan modal pas-pasan.

Itu sudah mulai terasa dengan terus menurunnya harga beberapa jenis sayuran lain.

Lagipula, kalau masalah utamanya adalah minimnya persediaan barang, berarti sedikit petani yang diuntungkan oleh melambungnya harga cabe ini.

Tapi, yah ……. Tiba-tiba saja banyak judul buku yang berseliweran di kepalaku mengenai kepribadian petani. Salah satunya adalah MORAL EKONOMI PETANI dari James Scott.

Mereka tidak akan pernah mengerti kalau kita terus menerus setiap hari 2 kali memberitakan harga hasil-hasil pertanian itu adalah dalam rangka melayani petani dengan informasi pasar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.