Kolom Boen Syafi’i: HOBI NGOMONGIN AGAMA — Ternyata Busuk Juga

Apa yang terjadi di Jombang dengan adanya seorang Kyai yang mencabuli puluhan santriwatinya adalah gambaran beragama kita saat ini. Ya, gambaran bahwa manusia relijiyes saat ini yang mengira “semakin relijiyes bila semakin berpenampilan agamis dan akan semakin baik pula perilakunya”. Tetapi, nyatanya zonk.

Sudah berapa puluh kali kita melihat orang yang berpenampilan relijiyes, hobi ngomongin agama, hobi melakukan ritual agama, eh ternyata busuk juga.

Ada yang habis puluhan juta bahkan dengan menjual tanah serta rumahnya dan lalu terbang ke negeri tandus nan gersang. Hanya demi mendapatkan gelar. Ternyata masih saja hobi ke tempat lokalisasi. Ada?

Banyak sekali orang seperti itu. Ritual-ritual ibadah tidak ada guna. Sumpah di bawah kitab suci hanya dijadikan formalitas saja. Sesudahnya, ya korupsi juga.

Jadi masih perlukah agama dengan segala ritual-ritualnya?

Toh, baik yang melakukan ritual ibadah maupun yang tidak, sepertinya tidak ada beda. Malahan, mereka yang jarang dan bahkan tidak pernah melakukan ritual ibadah sama sekali, masih terlihat lebih baik perilakunya, daripada si relijiyes yang hobi njengkang njengking setiap hari.

Sejatinya, tidak perlu ritual-ritual ibadah, ataupun mendalami agama terlalu berlebihan. Karena, dari yang sudah-sudah, hal itu tidak menjadi jaminan kebaikan seseorang.

Yang diperlukan manusia hanyalah melatih kesabaran, berlatih mengenali dirinya sendiri, dan juga melatih rasa kemanusiaannya. Maka, setelahnya pasti manusia sanggup mengendalikan segala nafsunya.

Semua itu hanya bisa dilakukan oleh kesadaran diri sendiri. Bukan melalui paksaan, perintah, apalagi dengan iming-iming kenthu di surga with 72 bidadari.

Leluhur sudah mengajari kita arti pentingnya nilai budi pekerti. Namun sayangnya, budi pekerti yang sangat adiluhung tersebut, malah digantikan oleh budi pekerti asal negara gurun, yang hobi perang dan melecehkan perempuan.

Ahsudahlah.. Kata ngumat relijiyes: “Setan di perintah Tuhan untuk menggangu orang yang beriman.” Jadi apakah kita harus tidak beriman dulu, biar tidak diganggu setan?

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.