Kolom Andi Safiah: Homo Intelligent Sapiens vs Homo Stupidos Retardpiens

Pandangan politik saya terbuka, saya tidak pernah menolak individu, atau kelompok untuk mempraktekkan agamanya dalam ruang-ruang yang telah diatur dalam konstitusi.

Yang saya tolak adalah, ketika agama dijadikan alat politik untuk tujuan-tujuan kekuasaan, membungkam mereka yang secara sadar mengingatkan bahwa agama ketika bercampur dengan element politik akan melahirkan kerusakan.







Pandangan terbuka ini jelas bisa diperdebatkan, dan dalam demokrasi berdebat adalah aktivitas homo sapiens sejak era Plato, Aristoteles, Demokritus, Epicurus, sampai di eranya Jokowi. Jadi, mereka yang allergi dengan perdebatan adalah mereka yang tidak layak disebut homo intelligent sapiens. Mereka lebih layak disebut homo stupidos retardpiens.

Agamamu hanya baik untukmu, sementara di luar dirimu belum tentu. Di sinilah pentingnya peran negara yang netral, negara yang menjalankan tugas-tugas konstitusionalnya, bukan tugas-tugas keyakinan personalnya.

Saya, kamu dan yang lainnya tentu saja berharap Indonesia tetap menjadi negara Demokrasi terbuka, dimana kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan sebagai pijakan prinsipnya.

#Itusaja!








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.