HUJAN HARUSNYA CABE MAHAL, TAPI MENGAPA HARGA CABE TURUN?

Oleh ELISABETH BARUS (Medan)

Beberapa hari terakhir ini, harga beberapa jenis sayuran daun lebih tinggi dari biasanya. Ini terjadi terutama bagi sayuran yang cepat busuk dipanen seperti halnya selada, prei, dan seledri. Demikian juga halnya tomat dan arcis. Kenaikan harga ini terjadi selama musim penghujan karena curah hujan yang tinggi mengganggu pertumbuhan sayur-sayuran tersebut.

Tanaman-tanaman itu cepat membusuk di ladang akibat curah hujan yang tinggi.

Tomat punya masalah tambahan selain akarnya membusuk dan daunnya mengering bila curah hujan terlalu tinggi. Tomat membutuhkan penyemprotan yang sering untuk mencegahnya dari serangan penyakit.

Masalahnya, bila hujan turun setelah penyemprotan, penyemprotan itu menjadi tak ada guna karena air hujan membersihkannya dari daun dan batang tomat. Artinya, penyemprotan harus diulangi.

Ini menuntut pengeluaran biaya yang lebih besar bagi petani. Bila tidak dilakukan pengulangan penyemprotan, maka tanaman terancam diserang hama.

Singkat cerita, produksi jenis-jenis sayuran tersebut di atas menurun jumlahnya selama musim penghujan. Harganya pun meningkat karena kelangkaan barang. Kelangkaan barang juga terjadi karena para petani maupun buruh tani tidak turun ke ladang memanen tanamannya.

Namun begitu, kelangkaan barang tidak menjamin barang yang ada akan laris lakunya. Memang verkoper dan perturun malam berani membelinya dengan harga mahal, sebagaimana situasi pasar lokal (Dataran Tinggi Karo) yang kekurangan barang, dan kemudian mengambil untungnya untuk penjualan ke Pasar Induk Lau Cih (Medan) (Karo Hilir), tapi pedagang di Medan belum tentu tidak merugi.

Ini terlihat dengan jelas pada turunnya harga cabe pagi tadi [Sabtu 19/11] di Pasar Induk Lau Cih (Medan). Menurut logika di atas kertas, musim hujan akan menurunkan jumlah produksi cabe karena petani dan buruh tani tidak turun ke ladang memanen buah cabe. Masih di atas kertas, menurunnya jumlah produksi akan meningkatkan harganya di pasar.

Tapi apa yang terjadi?

Musim hujan menyebabkan kelangkaan barang tapi musim hujan jugalah yang menyebabkan menurunnya jumlah pembeli yang datang ke Pasar Induk Lau Cih (Medan). Mau tak mau, menurunnya jumlah pembelian menuntut penurunan harga jual. Akhirnya, harga cabe pun turun Pagi tadi.

Kurangnya pembeli ke Pasar Induk Lau Cih (Medan) dan pasar-pasar tradisional lainnya di Medan tercermin di beberapa akun media sosial. Para pedagang mengeluhkan sepinya pasar pagi tadi dari pembeli.

Kami pun tim SORA SIRULO melakukan investigasi yang lebih cermat terhadap sepinya pasar pagi tadi.

Pertama-tama, tingginya curah hujan membuat orang-orang malas ke pasar. Ke dua, terjadi banjir besar di Medan sehingga jalanan susah ditembus oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Ke tiga, ternyata ada jalan yang “putus” (tidak bisa dilalui) sehingga para pembeli dari Aceh tidak tiba di Medan seperti biasanya.

Juga perlu diperhitungkan bahwa pasar-pasar pagi yang lebih kecil di Medan langsung kena imbasnya. Akibat turunnya hujan yang berkepanjangan, para pedagang pasar pagi tidak berani membeli barang dalam jumlah seperti biasanya.

Mereka takut akan penurunan jumlah pembeli karena terus menerus hujan turun. Akibatnya, jumlah pembelian ke Pasar Induk Lau Cih (Medan) dari para pedagang pasar pagi juga menurun drastis.

Turunnya hujan yang berkepanjangan mengakibatkan kurangnya pelanggan rumah-rumah makan di Medan. Para pengusaha rumah makan/ pengusaha kuliner juga mengurangi belanjaan mereka terhadap sayuran dan terutama cabe.

Itulah penyebab utama turunnya harga cabe pagi tadi di Pasar Induk Lau Cih (Medan).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.