Kolom M.U. Ginting: INDONESIA DAN DUNIA

“Utamakan Bahasa Indonesia, kuasai bahasa asing, dan lestarikan bahasa daerah,” tulis Melati A. Sitepu di kolomnya (Sora Sirulo). Kalimat ini bernilai tinggi, secara politis maupun kultural, berlaku bagi semua makhluk hidup isi dunia yang bisa ngomong.

Dan itulah yang dilakukan oleh Presiden Jokowi di Sidang Majelis Umum PBB 2020, beliau pakai Bahasa Indonesia.

Dalam sidang itu, Presiden Jokowi memberikan ulasannya tentang soal-soal internasional yang aktual tahun ini dan yang dianggap penting untuk dipikirkan dan diselesaikan bersama dalam kerja sama internasional.

Sangat menarik juga tentunya membandingkan dengan pidato Trump dari segi nasionalis kepentingan nasional semua bangsa. Dia bilang:

“But only when you take care of your own citizens will you find a true basis for cooperation. As President, . . .  and I am proudly putting America first, just as you should be putting your countries first. That’s okay — that’s what you should be doing.”

Ada perbedaan yang ‘ringan’ dengan pidato Jokowi menyinggung pengutamaan kepentingan nasional, ‘Pasalnya, dalam hubungan antarnegara atau hubungan internasional, setiap negara selalu memperjuangkan kepentingan nasionalnya’. Karena itu Jokowi bilang:

“Jangan lupa, kita semua memiliki tanggung jawab untuk kontribusi, menjadi bagian dari solusi bagi perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan dunia.” (kompas.com). Di sini Jokowi mengedepankan ‘kesejahteraan dunia’.

Sebab utama ‘perbedaan ringan’ itu, tentu dalam pandangan terhadap “The Global Power Structue” (NWO) itu, yang bagi Trump adalah musuh utama kepentingan nasional bangsa-bangsa dunia. Bagi Jokowi ialah mementingkan tanggung jawab kita untuk berkontribusi.

Jokowi tidak melihat atau tidak mengutamakan musuh utama perjuangan kepentingan nasional bangsa-bangsa dalam Kontradiksi Utama Dunia.

Jokowi tentu tidak terlalu sendirian dalam soal ini. Banyak pemimpin dunia dalam keadaan yang sama, sebagai akibat dari politik ‘mind control‘ dan ‘brain washing‘ global yang sudah ratusan tahun itu, dan sampai sekarang!

Untungnya ialah pemblejetan dan penelanjangan ‘rezim global’ (istilah Komjen Dharma Pongrekun) semakin hari semakin meluas dan mendalam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.