Kolom M.U. Ginting: INDONESIA MEMANG HEBAT

M.U. Ginting

Memandang-mandang, melihat-lihat dan sedikit meneliti situasi negeri ini di saat-saat  Pemilu Legislatif dan Pilpres 2019 yang bersamaan, dimana semuanya berjalan lancar dan aman, memang orang Indonesia luar biasa, cara pikir dan tingkat kesadarannya. Ini dari segi penglihatan secara umum, bukan dari segi kejadian tertentu yang bisa menjengkelkan dan atau saling menjengkelkan sesama warga seperti dalam suasana kampanye itu, banyak hoax, berita bohong, dsb.

Tetapi semua teratasi dan tidak sampai bikin onar yang sesungguhnya seperti yang dikehendaki oleh para pencipta onar itu.

Kalau saya, mengatakan penciptanya dari luar, pencipta divide et impera internasional, sama dengan pencita divide et impera tahun 1965 yaitu kaum neolib NWO yang ketika itu pakai ‘taktik komunisme’ bikin bangsa Indonesia saling bunuh. 3 juta nyawa melayang menurut pengakuan panglima operasi 30 September 1965 (Sarwo Edhie) di depan sidang Parlemen (Wikipedia)

Dalam soal ini (1965), tadinya banyak juga yang menginginkan rekonsiliasi menghilangkan permusuhan hasil divide et impera itu. Tetapi, bangsa ini malah cari jalan yang lebih masuk akal dan sangat efektif. Secara ilmiah membaca dan mendapatkan pengetahuan berharga bahwa komunisme itu ternyata adalah hoax besar dalam sejarah kemanusiaan. Hoax yang telah berhasil menjungkirbalikkan pengertian waras manusia sehingga suka rela membunuhi bangsanya atau bahkan tetangganya sendiri, seperti 1965 itu dan juga kemudian di Kambodja.

Mudah-mudahan orang Kambodja juga sudah baca hoax komunis ini. Lihat di SINI.

Setelah membaca bahwa komunisme adalah hoax, bisa dibaca lagi komunisme menurut Dr Henry Makow.

NWO = Communism

Re-engineering humanity . . . di situlah hoaxnya, mutar-balik otak manusia. Untuk apa? Duit, duit, power, power . . . Greed and Power. Otak kita diputar balik, kita saling bunuh, kemudian  . . . sim sallabim . . . SDA kita dikeruk selama setengah abad.

Triliunan dolar menguap tanpa suara masuk pundi-pundi bankir rentenir internasional itu, bankir Fed. Tidak cukup di situ, Fed cetak duit pula dan bungakan ke pemerintahan AS dan negara-negra dunia. Siapa yang ngerti soal Fed? Bikin duit ‘Ex-Nihilo’, siapa ngerti? Jelas karena ditutupi hoax juga.

Kita dibodohi. Rakyat Indonesia dan Rakyat AS juga dibodohi. Tetapi orang Indonesia mau baca dan belajar, hoax komunisme dan hoax Fed kita sudah mengerti. Begitu juga hoax divide et impera yang disebarkan dalam suasana Pilpres 2019 Indonesia, pakai radikalisme/ extrimisme.

Tetapi mereka gagal! Bangsa ini berhasil menjaga persatuan dan kedamaian sesamanya walaupun dengan hoax yang bertubi-tubi itu, seperti akun biaya tinggi Saracen. Jangan lupa juga bahwa taktik divide et impera radikalisme/ extrimisme sudah pernah juga dipakai oleh Marx pada jamannya dalam mematikan lawan-lawan politiknya, ketika itu yaitu kaum sosialis/ revolusioner kaum buruh Jerman, orang-orang Bakunin dll.

Di era sekarang, NWO/bankir pakai alat radikalisme bukanlah soal baru, Ulangan yang lama sejak Marx. Dulu memanfaatkan berbagai individu/ grup dari kaum pekerja Jerman, sekarang memanfaatkan kaum radikal agamis Islam seperti ISIS, HTI, juga memanfaatkan sifat radikal FPI, PKS dsb.

Tetapi, kenyataannya, dalam Pilpres kali ini, bangsa ini lebih menghargai persatuannya daripada saling bermusuhan atau bertikai dalam memperjuangkan Capres masing-masing secara damai, cara demokratis. Ini bertentangan dengan maksud dan tujuan yang mau dicapai oleh penggagas divide et impera itu.

Itulah tingkat kesadaran yang sudah lebih tinggi tadi. Cobalah kita bandingkan dengan Pilpres di salah satu negara besar Afrika, Nigeria, bulan Februari lalu. Sampai korban jiwa dan kekacauan tidak terhindarkan. Di sana sepertinya masih di era ethnic-revival atau cultural-revival dari abad lalu, yang pernah menimpa sebagian besar dunia, terutama Blok Soviet.

Indonesia juga melalui fase ethnic-revival ini, banyak juga  korbannya. Tetapi sekarang kita sudah setingkat lebih tinggi, memasuki era National Revival, perjuangan kepentingan nasional Kontra kepentingan global NWO. Peningkatan kesadaran ini terlihat jelas dalam menghadapi Pilpres 2019. Semua bisa menyaksikan dan menikmati tingkat pengetahuan dan kesadaran yang sudah jauh meningkat dengan sikap yang tegas dan mulia yaitu MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN NASIONAL NKRI.

Quick Count Pilpres sudah diumumkan setelah pilpres selesai, Capres Nr 01 sudah terlihat menang 8-9%, dan capres 02 malah langsung mengumumkan kemenangannya 56% suara. Menurut perhitungan intern. Jadi kedua calon 01 dan 02 sama-sama menang Pilpres. Sesuatu yang mungkin sebelum pengumuman resmi dari KPU.

Tetapi, biarpun begitu, Capres 02 Prabowo tetap mengutamakan menjaga jangan terjadi perbuatan provokatif di luar hukum sehingga tetap menjaga situasi aman dan kondusif. Kepentingan nasional tadi. Memang hebat Indonesia dan Rakyat Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.