Kolom Aletheia Veritas: ISTANA PIKIRAN





Membaca berbagai literatur ataupun buku adalah sebuah investasi. Bukan pekerjaan yang sia-sia dan buang-buang waktu. Apa yang dibaca akan tersusun dengan rapi di dalam laci-laci memori pikiran kita, sehingga kapan saja kita membutuhkannya laci-laci itu tinggal dibuka dan ditemukan apa yang kita perlukan.

Cicero mengatakan itu sebagai ‘memory palace’ atau ‘istana memori’. Bahkan tokoh fiktif Sherlock Holmes pun menggunakan metode ini sehingga sang detektif (seolah-olah) tahu seluruh ‘dunia’.

Banyak di antara kita yang mengeluh tidak bisa menulis terutama mereka yang sedang mengerjakan tugas kuliah. Begitu juga banyak yang mengeluh tidak mampu menyampaikan pandangan dan argumentasi dengan baik di tempat kerja. Daya artikulasi lemah, kekuatan verbal seadanya. Sebenarnya hal itu bisa diatasi dengan melakukan investasi membaca sejak kecil. Apa yang dibaca akan mengendap dan tersimpan di dalam ‘istana pikiran’ seperti Sherlock Holmes.

Karenanya, jangan heran bila orang-orang seperti Mangunwijaya, Goenawan Mohamad, Umberto Eco, Soekarno, Hatta, Sjahrir, Kartini, Simone de Beauvoir bahkan Marx bisa menulis dan berbicara dengan baik. Mereka telah membangun ‘istana pikiran’ sejak dini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.