Kolom M.U.Ginting: ISTILAH “BATAK KARO”MEMBINGUNGKAN

“Dalam perjalanan sejarah, dari dulu hingga sekarang, keikutsertaan Karo di dalam berbangsa dan bernegara di NKRI ini tidak pernah sebagai bagian Batak,” tulis Juara R. Ginting dalam kolomnya (lihat di SINI)

 

Betul sekali pernyataan ini. Karo sebagai suku atau bangsa (zaman dulu) sudah berumur lebih dari 7.000 tahun. Terlihat dari hasil penemuan DNA Gayo, Karo, Alas di dataran tinggi Gayo oleh arkeolog dari Balai Arkeologi Aceh dan Sumuatera Utara (Ketut Wiradnyana) (2010-2012). Dari penemuan arkeologi lain, terbukti Batak (Toba) baru berumur sekitar 800 tahun.

Bedanya jauh, dan di samping itu, ‘Bangsa’ Karo sudah berjuang dan berperang mempertahankan kerajaan Haru selama 4 abad, abad 12-16 (Lihat Ichwan Azhari: “KARO BUKAN BATAK”).

Soal pemekaran daerah termasuk provinsi, pernah sangat kuat sebagai satu wacana di Sumut, seperti Propinsi Tapanuli, Mandailing Natal, bahkan sudah ada yang disetujui DPR yaitu Propinsi Tapanuli dan Propinsi Nias. Tetapi, situasi cepat berubah, atau para penggagasnya sudah pada ‘lemas’, atau berubah pikiran.

Ada juga wacana Propinsi Karo sendiri, atau Propinsi Sumatra Timur dengan melibatkan Suku-suku Karo, Melayu dan Simalungun. Wacana pemekaran ini jelas terlihat kultural. Karena itu, bukanlah sesuatu yang haram. Dia punya kekuatan (kultural) sebagai salah satu dari 4 kekuatan penyangga alamiah identitas tiap komunitas kemanusiaan.

Kekuatan alamiah lainnya ialah kekuatan dalam famili/ rumah-tangga, kekuatan nasional, dan kekuatan dalam agama. 4 kekuatan penyangga alamiah ini adalah kekuatan identitas komunitas kemanusiaan di dunia (Henry Makow PhD).

Memanfaatkan kekuatan ini dalam kaitannya dengan pemekaran daerah pastilah sangat berpengaruh besar dan bermanfaat, karena bisa menyalurkan potensi luar biasa dan yang alamiah itu atau apa yang sudah biasa disebut dengan ‘kearifan lokal’.

Persoalan hakiki dalam hal ini ialah KEKUATAN KULTURAL itu, yang ada dalam setiap suku bangsa. Salah satu dari 4 kekuatan alamiah yang terdapat dalam tiap komunitas manusia itu, yaitu komunitas kultural, komunitas nasional, komunitas agama dan komunitas famili/ rumah tangga. Kekuatan kultural itu ada dalam Suku Bangsa Karo, juga ada dalam Suku Bangsa Batak (Toba).

Tidak ada Suku Bangsa ‘Batak-Karo’ yang memiliki kekuatan kultural tersendiri dari segi kultural (cultural identity). Di sini ada 2 suku bangsa berlainan kultur, budaya dan bahasanya, juga daerahnya.

Istilah ‘Batak-Karo’ jelas bisa membingungkan bagi banyak orang.

Ayo mari semua bikin pencerahan dari segi cultural identity! Ikuti jaman, jaman PENCERAHAN, jaman Informasi dan Pengetahuan. Informasi, Pengetahuan dan Pencerahan DARI SEMUA UNTUK SEMUA.

FOTO-FOTO: Tari Suku Karo yang ditampilkan oleh Sanggar TARTAR BINTANG di Pesta Bunga Internasional 10 tahunan, FLORIADE (Nederland). Kali ini Tartar Bintang menampilkan Kisah Manuk Danggur Dawa-dawa dalam bentuk theatric dance yang dirancang oleh koreografer Karo yang tinggal di Belanda, Juara R. Ginting.

VIDEO: Penampilan musik Suku Karo yang dibawakan oleh Sanggar Seni Sirulo (Medan) (saudara kandung Sanggar Tartar Bintang Belanda). Penampilan ini dirancang oleh Juara R. Ginting dan Ita Apulina Tarigan. Lebih mengingatkan musik Sunda daripada musik Batak yang sering disangkakan orang padahal musik Karo secara ekstrim sangat berbeda dengan musik Batak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.