Kolom Boen Syafi’i: JAWA TULEN? — Ibarat Lucinta Luna Ngaku Sailor Moon

Anies gubernur Jakardah berkata: “Saya bukan Arab, tapi Jawa tulen.” Ah, mau ketawa tapi takut umbelku metu. Tulen, di dalam KBBI itu berarti asli, sejati, murni. Nah jika ada seorang yang berani ngaku tulen, berarti orang tersebut harus mau memberikan bukti ketulenannya.

Misal, saya ini laki-laki tulen. Apa buktinya?

Buktinya saya punya penis, biji pelir, jakun, dan berbagai ciri fisik sebagai seorang laki-laki tentunya. Nah, jika Anies mengaku sebagai seorang Jawa tulen, berarti dia wajib memberikan bukti konkrit tentang pengakuannya.

Bisa? Tidak bisa, wong yang terlahir jadi Jawa saja belum tentu tulen kok. Apalagi si Lucinta Luna yang ngaku Sailor Moon.

Menjadi Jawa tulen itu berat, bahkan teramat sangat berat. Menjadi Jawa tulen itu harus punya stok sabar melimpah. Tidak mudah emosian. Tidak mudah tersinggungan. Tidak mengkafir- kafirkan. Tidak berbohong apalagi demi jabatan dan kekuasaan.

Berlaku adil, memayu hayuning bawono atau mau merawat keindahan bumi. Selalu berfikiran positif, ramah, guyub, toleran, tidak memilih-milih saat menolong maupun bergaul. Selalu rendah hati. Selalu tersenyum.

Dan, sebagai syarat utama menjadi Jawa tulen itu adalah mau memakai ajaran asli dari leluhurnya sendiri. Termasuk Tuhannya juga. Bukan malah memakai ajaran serta Tuhan yang berasal dari impor.

Bisa, Nies? Dari poin toleran saja sampean sudah tidak sanggup, apalagi di poin terakhir yang saya sebutkan. Sudahlah Nies, sudah cukup bermain politik identitas di negeri ini.

Yang orang Jawa saja sudah banyak yang tidak njawani kok. Eh, ini ada seorang keturunan Yaman yang rajin bermain SARA, malah ngaku sebagai orang Jawa tulen pula. Tulen dari Nganjuk, hah?!

Orang Jawa sejatinya tidak mempunyai sikap rasis, Nies. Toh, filosofi ngalah dan ngalih itu senantiasa menjadi sifat mereka. Tetapi kalau didesak terus ya apa boleh buat. Melawan adalah jalan satu-satunya.

Toh, kalau maju di pilpres 2024 dan ingin mendulang suara dari orang Jawa tidak begitu caranya Nies. Cukup lawan para Kadrun, yang ingin menjadikan negara ini berbasiskan satu agama saja. Mudah, toh?

Atau bisa juga dengan cara membakar kemenyan dan dupa bareng-bareng, lalu pergi ke tempat yang angker. Nah, di tempat itu lalu baca mantra (saya terjemahkan ke Bahasa Indonesia) dan begini bunyi mantranya.

“Mbah, nomer Togel besok yang keluar berapa, Mbah?”

Niscaya Mbah Danyang di kuburan itu akan menjawab: “Mau kaya kok pakai Togel? Ikut demo goblok!”

Ya Salaammm..

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.