Kolom Eko Kuntadhi: JIHAD GORENGAN

Benar saja dugaan saya, 6 anggota FPI yang mati karena melawan petugas akan dinarasikan sebagai syuhada. Haikal Hassan bahkan berani ngomong terang-terangan, mereka sedang bersama Rasulullah. Di media sosial, beredar foto jenazah lagi tersenyum sumringah. Seperti baru dapat lotere. Mereka membangun narasi, inilah syuhada yang mati tertembak kemarin.

Lalu mereka mengaminkan. Tidak lupa bertakbir.

Nyatanyal orang dalam foto itu masih hidup. Masih bisa kentut. Bisa nyuap nasi. Belum mati. Alih-alih dipanggil Tuhan, orang itu malah dipanggil polisi karena menyampaikan hoax.

Belum cukup. Novel Bamukmin berkoar, ambulance yang membawa mayat anggota FPI tercium wewangian. Gak heran juga, sih. Sebagian mereka memang penjual minyak wangi oplosan. Kalau mencium wangi-wangi, ya wajar aja.

Nyatanya biasa saja. Kalau ambulansnya wangi, mungkin baru dicuci di carwash. Biasanya carwash yang bagus akan menyemprot dalaman mobil dengan pewangi. Biayanya paling Rp. 50 ribu sekali cuci. Tapi kalau cuci mobil di robotic, apalagi cuma nyuci bagian luar saja, daleman mobil gak akan wangi.

Enaknya kita bisa ikut di dalam mobil saat sedang dimandiin.

Saya ingat sebuah film, entah apa judulnya. Sepasang kekasih nyuci mobil di robotic. Ketika mobil masuk mesin cuci, mereka ciuman. Inspiratif banget. Biaya cuci bagian luar saja cuma Rp 35 ribu.

Eh, balik ke wewangian jenazah, arwah mereka ketemu Rasul, atau mati tersenyum ala FPI. Itu semua hanya propaganda agar orang bersedia mati. Mereka membangun narasi, agar anak-anak muda yang otaknya sudah dibonsai bersedia jadi tameng hidup bagi orang seperti Rizieq.

Ini mirip pola doktrin pelaku amaliyah bom bunuh diri. Mereka didoktrin untuk bersedia mati. Entah bersanding dengan bidadarilah. Entah dengan narasi mati ketawalah. Entah tercium bau wewangian dari mayatnyalah.

Semua hanya ilusi agar mereka bersedia jadi daging mangsa, untuk mengobarkan kepentingan pimpinannya. Sementara pimpinannya sekarang masih ongkang-ongkang kaki. Kalau emang mati dengan cara begitu, beneran indah. Kenapa gak pimpinannya duluan yang maju?

Di Syuriah, Irak, Libya, juga sama. Para teroris juga mengagung-agungkan kematian. Agar orang-orang tolol yang hidupnya sebagai looser, mau memgambil jalan pintas. Mati. Dikubur. Lalu dilupakan orang. Mereka hanya dijanjikan masuk surga yang belum tentu didapat. Sebab pemimpinnya sendiri belum tentu masuk surga.

Sudah sok, menjaminkan orang. Mereka mau ke surga, dengan jalan neraka. Yaitu membuat kekacauan.

Lihatlah kini. Sel-sel mereka mulai bangkit. Menyerukan jihad. Jihad apaan? Membela seorang penceramah yang teriak ‘lonte’ di forum Maulid Nabi? Membela orang yang mulutnya dol? Membela lelaki yang gak peduli pada kesehatan publik, saat menggelar pesta pernikahan anaknya besar-besaran di tengah pandemi?

Dia yang pesta. Rakyat yang deg-degan dengan meningkatnya pasien positif Covid19.

Mati membela ketidakjelasan adalah mati yang sia-sia. Apalagi cuma mati membela pesta perkawinan di tengah pandemi. Sebab mereka melindungi Rizieq, ketika polisi hendak meminta pertanggungjawaban orang ini membuat kerumunan di tengah wabah.

Dalam adagium. Keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi. Jadi mereka yang mengabaikan keselamatan rakyat adalah musuh yang harus ditangani. Membahayakan, bukan saja keamanan, tetapi kesehatan warga. Lalu para pemgikut Rizieq berusaha melindungi sang pelanggar hukum.

Rela mati buat kesalahan terang-terangan. Dan kini keluarga cuma dielus-elus dengan janji surga. Wong, yang bicara saja belum tentu masuk surga. Jangan melawan keturunan Rasul, kata mereka. Lho, Abu Lahab, paman Rasul saja dilawan karena kelakuannya yang jahat.

Itu paman langsung. Ikatan darahnya dekat. Dia diperangi karena perangai jahatnya. Bukan karena ada ikatan darah atau gak sama Nabi.

Jadi, kalau mau jihad. Ikutilah jejak orang yang akhlaknya baik. Tutur katanya lembut. Mengajakmu berkasih sayang dan menebarkan rahmah. Ketika melihat wajahnya, kamu teringat akan kebesaran Allah. Saat mendengar suaranya, hatimu cair karena kelembutannya.

Kalau kamu mati mengikuti orang yang mulutnya kotor. Selalu meneriakkan kebencian dan kemarahan. Lalu kamu mati karena itu. Namanya mati sia-sia. Jiiiyeee, jiyyeee… kacau-kacau…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.