Kolom Eko Kuntadhi: JOKOWI KE AS, KADRUN SEWOT!

Apa sebetulnya sebuah foto? Rangkaian peristiwa dicuplik dalam kondisi diam. Sepersekian detik. Bisa saja itu mewakili keadaan. Bisa juga menipu. Gambar memang bisa bicara sendiri. Tapi bisa juga mengaburkan kenyataan.

Presiden Jokowi terbang ke AS.

Menghadiri pertemuan ASEAN-US summit. Dan gambar-gambar bertebaran. Cuplikan sepersekian detik dari seluruh peristiwa.

Gambar-ganbar itu ditempeli narasi. Ada yang memuji. Ada yang melecehkan. Seolah secuplik gambar dibalut dengan narasi mewakili apa yang sebenarnya terjadi di acara itu.

Yang lebih repot adalah kegoblokan yang nyata ketika di bandara AS, Jokowi disambut protokol US, beserta Duta Besar Indonesia untuk US tentunya.

Ada yang sesumbar, Presiden datang sama sekali gak disambut. Kayak dicuekin.

Mereka yang bicara seperti itu gak ngerti protokoler tamu negara. Di Bandara, emang gak mungkin ada pejabat tuan rumah yang nyambut. Apalagi Presidennya.

Presiden tuan rumah biasa nunggu di istana atau di kantornya. Sambutan resmi dilakukan di sana. Bukan di bandara saat mendarat.

Itu protokol standar penyambutan tamu negara.

Tapi kebodohan tetap kebodohan. Disampaikan untuk mengelabui orang-orang tolol.

Hanya bermodal cuplikan secuil momen, Orang-orang tolol itu mencoba mengambil kesimpulan. Soal apa isi pembicaraan saat pertemuan, mereka emang gak pernah mau membaca. Soal bagaimana peran Jokowi dalam forum itu, mereka emang tidak mau mencari tahu.

Kita paham, Indonesia adalah negara pemimpin di kawasan ASEAN. Ketika bertemu dengan US, suara Indonesia sangat diperhitungkan.

Di forum itu, Jokowi bicara secara tegas agar perang Ukraina dihentikan. “Perang tidak akan dimenangkan siapa-siapa. Perang hanya membawa kesengsaraan,” ujarnya.

Ia juga menuliskan sebuah kalimat menarik di buku tamu kenegaraan. Ajakan untuk memperbaiki masa depan dunia, sambil menanti seluruh pemimpin G-20 hadir di Bali Oktober mendatang.

Sebuah pesan berani dan tidak biasa. Dituliskan di buku tamu kepresidenan US.

Indonesia adalah negara besar. Perannya di kawasan makin menentukan. Suaranya makin diperhitungkan dunia. Kita ingat pidato Jokowi yang luar biasa saat pertemuan pemimpin dunia beberapa tahun lalu. “Winter is coming.”

Jokowi menyentil China dan US yang sibuk perang dagang. Jokowi menyerukan kerjasama bukan persaingan. Ia menyentil para pemimpin dunia yang sibuk saling memangsa, untuk segera menghentikan aktifitas buruknya yang merusak. Sebab kita hidup di planet yang sama. Kita hidup menghirup udara yang sama.

Kerusakan satu kawasan sesungguhnya adalah kerusakan seluruh dunia.

Sebuah pertemuan kelas dunia. Dengan peran Indonesia yang semakin signifikan. Oleh para Kadrun hanya dicuplik satu dua momen. Sepersekian detik. Lalu mereka mengambil kesimpulan yang menyebalkan.

Mungkin itulah bedanya mahluk berfikir dan mahluk melata. Mahluk melata hanya bisa membaca sedikit peristiwa. Mahluk berfikir mencoba merangkai semua informasi.

“Mas, Jokowi ke AS ketemu Michael Jackson gak?” tanya Abu Kumkum.

Uuraaaaa…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.