JOKOWI, PETANI JERUK DAN LALAT BUAH YANG TERLUPAKAN

Oleh MAJA BARUS (Medan)

Kedatangan bapak presiden ke Liang Melas Datas (Karo Barat, Sumut) disambut antusias oleh warga Suku Karo. Kunjungannya kali ini tidak terlepas dari beberapa waktu lalu para petani jeruk Liang Melas Datas (LMD) menyampaikan aspirasinya secara unik dengan mengantar langsung hasil panen buah jeruk ke Istana Negara.

Hal ini membuat heboh berita nasional tentang cara menyampaikan aspirasi dan masih banyaknya infrastruktur daerah yang belum terjamah oleh pemerintah.

Banyak pihak mengapresiasi tindakan para petani jeruk LMD dan umpan balik yang diberikan oleh Presiden Jokowi mengatasi langsung permasalahan yang dihadapi. Tertangkap oleh media adalah bagaimana presiden menyelesaikan masalah petani dengan membangun jalan untuk memangkas biaya produksi petani jeruk.

Di satu sisi, tentu kita mengapresiasi tindakan yang dilakukan para petani jeruk LMD dan umpan balik dari presiden. Di sisi lain, perlu juga dipertanyakan, apakah pembangunan infrastruktur jalan merupakan masalah utama petani jeruk?

Dalam sudut pandang sosial ekonomi masyarakat petani, setiap daerah memiliki skala prioritas untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh masyarakat petani. Baik itu masalah infrastruktur, fluktuasi harga, hama , mahal dan langkanya pupuk dan pestisida serta biaya pemeliharaan yang begitu tinggi.

Dalam hal ini, apakah permasalahan utama petani jeruk di Kabupaten Karo?

Dalam kunjungannya ke LMD, sepertinya Jokowi tidak menyeluruh mendapatkan informasi mengenai permasalahan petani jeruk. Mungkin sebagian wilayah, persoalan infrastruktur jalan masih menjadi penghambat produksi buah jeruk. Akan tetapi, bagaimana dengan permasalahan lalat buah yang sudah begitu lama menjadi bumerang bagi petani jeruk di Dataran Tinggi Karo?

Lalat buah, kurang lebih selama 10 tahun sudah menjadi masalah utama bagi petani jeruk. Ini dapat dilihat dari banyaknya kajian mengenai sosial ekonomi para petani jeruk atas adanya dampak lalat buah.

Lalat buah yang terdapat pada jeruk, sempat mengakibatkan konversi tanaman besar-besaran di Dataran Tinggi Karo. Awalnya kita melihat hamparan tanah yang dihiasi oleh tanaman jeruk berubah seketika menjadi tanaman kopi.

Lalat buah tidak hanya mengakibatkan konversi tanaman besar besaran. Bagi petani jeruk yang bertahan dengan kondisi lalat buah, dihadapkan kepada keputusan yang sangat sulit. Penyemprotan pestisida yang rutin harus dilakukan. Mulai dari 14 hari sekali menjadi 10 hari sekali. Kemudian harus 7 hari sekali.

Penyemprotan rutin pada tanaman jeruk membuat biaya pemeliharaan naik drastis. Petani jeruk sama sekali tidak diberikan pilihan tentang kondisi ekonominya. Artinya, kalau tidak sanggup melakukan pemeliharaan penyemprotan per 7 hari atau maksimal per 10 hari maka buah jeruk akan berubah posisi. Dari yang awalnya bergantungan di setiap ranting pohon akan berpindah tempat ke tanah akibat berjatuhan secara bertahap.

Selama hama lalat buah masih belum terkendali, petani jeruk tersandera oleh penyemprotan pestisida secara rutin dengan biaya yang fantastis. Selain itu, petani ditawarkan dengan segala jenis merek “anti hama” lalat buah yang beragam, yang membuat petani jeruk kewalahan menentukan pilihan terbaiknya dalam pengendalian hama.

Belum lagi masalah pembuatan jebakan untuk lalat buah dan mulai keluar istilah bola-bola untuk menjebak perkembangbiakan dan mengurangi populasi lalat buah. Bahkan beberapa petani jeruk di Dataran Tinggi Karo sampai dipaksa memahami mana lalat jantan dan betina untuk mengurangi tingkat populasinya. Luar biasa bukan?

Seorang petani jeruk wajib tahu mana lalat jantan dan betina untuk menjadi seorang petani jeruk.

Melihat persoalan petani jeruk mengenai hama lalat buah begitu mempengaruhi kehidupan perekonomian Suku Karo, rasanya wajar kita mempertanyakan mengapa persoalan lalat buah yang sudah lebih kurang 10 tahun tidak muncul dalam kunjungan presiden Jokowi.

Melihat cara kerja Presiden Jokowi yang selama ini terkenal bekerja secara detail, memahami persoalan masyarakat, rasanya ada yang ganjil dalam kunjungan ini. Apakah ada sumbatan informasi kepada presiden ataukah ada pihak-pihak yang tidak ingin masalah hama lalat buah diselesaikan karena akan mengusik keuntungan segelintir orang dari hama ini?

Tentunya kita berharap, opini liar ini tidak benar, namun kita berharap pemerintah dapat memahami persoalan petani secara menyeluruh. Agar masyarakat petani jeruk dapat lepas dari hama lalat buah, sehingga perkembangan ekonomi yang diharapkan pemerintah dapat bertumbuh dengan cepat.

Kita percaya, ketika petani makmur dengan hasil pertaniannya, mereka tidak akan tahu cara mengulurkan tangan meminta bantuan pemerintah, melainkan masyarakat petani akan sibuk menggunakan tangannya untuk bekerja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.