Kolom Joni H. Tarigan: Kapan Beli Mobil?

joni hendra tariganmobilSabtu 4 Juli 2015, seorang rekan kerja yang biasanya meberikan pengabdian dengan menyetir mobil di lingkungan kerja, memulai perbincangan dengan pertanyaan bercanda: “Kapan beli mobil  ni, pak? Si Anu teman bapak sudah beli baru, tuh”. Saya pun menjawab: “Biarkanlah mereka itu memiliki segalanya, pak. Saya belum bisa membeli mobil. Jangankan mobil, sepeda motor pun saya tidak punya.”

Si bapak yang memang suka bercanda ini melanjutkan perbincangan dengan mengatakan: “Ya, masa sih ga bisa, pak. Percayalah ke bapak mah. Harus ada target dan rencana, dong.”

Sikap beliau masih bercanda dan saya pun menanggapi dengan santai dan senang.

“Betul, pak. Memang hidup ini harus direncanakan dan punya target. Saya pun punya rencana, tapi  membeli mobil bukan tujuan dan rencana saya. Target saya adalah suatu saat saya akan membeli perusahaan ini. Hehehehehe …. ” begitulah saya jawab.

Si bapak pun semakin tertawa ngakak dan mengatakan: “Amin …. Nanti saya jadi salah satu managernya, ya.”

Beliau masih merasa apa yang saya sampaikan adalah candaan, akan tetapi saya mengutarakannya dengan serius dan itu adalah salah satu mimpi saya.

Menunjukkan keseriusan saya, saya pun melanjutkkan perbincangan dengan ulasan mengapa saya bercita-cita membeli perusahaan tempat kami bekerja.

Saya memaparkan, saya dan istri punya cita-cita untuk bisa menjadi berarti bagi orang lain. Membuat hidup orang lain lebih baik adalah motivasi kami untuk berjuang. Sudah barang tentu, untuk menjadi berarti bagi orang lain, kami harus membangun diri sendiri terlebih dahulu. Tujuan membeli atau mendirikan suatu perusahaan adalah supaya bisa lebih banyak lagi orang yang bisa kami bantu.

Saya paparkan secara sederhana bagaimana kira-kira saya bisa mewujudkan mimpi, yakni terus belajar dan berjuang dan memajukan usaha di bidang energi, farmasi dan pertanian. Ketika saya selesai memaparkan cara itu, saya melihat raut muka bapak supir ini pun berubah menjadi serius dan memaparkan pandangannya tentang menjalani hidup untuk mengutamakan tujuan mulia bukan untuk tujuan menyilaukan pandangan mata karena kelimpahan harta.

Selama motivasi hidup kita adalah untuk semakin berarti bagi kebaikan orang lain, maka selama itu pula semangat untuk tetap belajar dan berjuang takkan pernah padam dan tetaplah berdoa agar sang pencipta selalu memberi jalan dan kekuatan.

Salam semangat dan perjuangan.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.